17 Tahun Radar Sampit, Tonggak Perjuangan Mengawal Pembangunan

cover radar sampit
Cover koran HUT 17 Tahun Radar Sampit. (Muhammad Faisal/Radar Sampit)

Tujuh belas menjadi angka keramat bagi Radar Sampit. Tujuh belas tahun silam, bulan keempat, hari ke-17, menjadi momen pertama koran ini menyapa pembaca. Media massa yang lahir dengan semangat membangun daerah yang tengah tertatih setelah dilanda nestapa.

radarsampit.com

Bacaan Lainnya

Empat tahun setelah momen kelam 2001 silam, tragedi memilukan belum benar-benar hilang dari ingatan orang-orang pada 2006. Sampit yang awalnya merupakan kota dagang yang maju pesat, harus tertatih bangkit dari luka dalam konflik berdarah yang tak pernah diinginkan.

Muhammad Arsyad, sosok di balik berdirinya Radar Sampit, bercerita, memasuki tahun ketiga setelah konflik, kondisi perekonomian di Kabupaten Kotawaringin Timur seolah stagnan. Pusat perbelanjaan sepi. Pun demikian dengan aktivitas masyarakat di ruang ruang terbuka. Nyaris tak ada kegiatan yang sifatnya massal.

”Masyarakat Kotim, baik warga asli maupun pendatang yang tinggal di Sampit, seolah masih trauma dan takut menggelar kegiatan yang sifatnya massal. Baik olahraga maupun hiburan. Apalagi aparat keamanan belum mengizinkan kegiatan warga di ruang terbuka yang sifatnya massal,” ujar Arsyad.

Baca Juga :  Masjid Jami Assalam, Jadi Tempat Ibadah Para Saudagar, Kuburan Dipindah demi Perluasan Masjid

Situasi Sampit yang lesu, membuat Arsyad merasa tertantang ambil bagian untuk mengembalikan kota seperti sedia kala. Menjadi kawasan industri dan perdagangan yang kembali ramai.

Muhammad Arsyad saat itu merupakan jurnalis yang baru saja ditugaskan di Kalteng oleh Kaltim Pos yang berdiri di bawah bendera Jawa Pos Grup. Dia menjabat wakil GM Kalteng Pos, kakak tua Radar Sampit dalam naungan Kaltim Post saat itu. Arsyad berpikir keras, bagaimana caranya orang luar Sampit tidak takut lagi datang dan berbisnis, sehingga bisa menggerakkan perekonomian seperti dulu.

”Bersama Kepala Biro Kalteng Pos saat itu, Salapudinnor dan wartawan Kalteng Pos Siti Fauziah (sekarang Direktur Radar Sampit), saya mendatangi Bupati Kotim yang saat itu dijabat Wahyudi K Anwar. Kami diskusi, mencari jalan keluar agar Kota Sampit menjadi hidup kembali,” kenang Arsyad.

Kepada Wahyudi, Arsyad menawarkan solusi untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa Sampit dan sekitarnya telah aman dan kondusif. Perlu digelar kegiatan kegiatan di luar ruangan yang dihadiri banyak orang.



Pos terkait