“Balalayah” Bawa Hendra Lesmana Masuk Nominasi Anugerah Kebudayaan PWI

Hendra Lesmana Masuk Nominasi Anugerah Kebudayaan PWI
SUNYI: Sejumlah kawasan di Kabupaten Lamandau sunyi senyap saat penerapan lockdown berbasis kearifan lokal selama 12 jam, Kamis (8/7) (ISTIMEWA/RADAR KOTAWARINGIN)

NANGA BULIK – Bupati Lamandau Hendra Lesmana masuk dalam 10 kepala daerah di Indonesia yang dinyatakan layak mendapatkan Anugerah Kebudayaan (AK) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hal itu terungkap dalam siaran pers panitia AK PWI – Hari Pers Nasional (HPN) 2022 yang diterbitkan, Sabtu (4/12) kemarin.

“Saya hanya bisa mengatakan Alhamdulillah, karena sejak awal niat kita hanya berbuat dan bekerja untuk masyarakat, bukan untuk penghargaan. Namun jika ada yang menghargai maka merupakan sebuah bonus dan penghargaan ini bukan untuk saya tapi untuk masyarakat Lamandau dan unsur yang terlibat,” ungkap Hendra Lesmana, Minggu (5/12).

Berdasarkan siaran pers tersebut,10 kepala daerah terpilih dan ditetapkan dalam rapat Tim Juri AK – PWI pada Jumat (3/12) sore. Paranominator itu terdiri dari beragam usia, latar belakang suku, agama, pendidikan, budaya, partai, hingga masa kerja. Masing-masing adalah Wali Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Rahmat Effendi, Bupati Buton, Sulawesi Tenggara, La Bakry, Bupati Lamandau, Kalimantan Tengah, Hendra Lesmana, Bupati Indramayu, Jawa Barat, Hj. Nina Agustina.

Baca Juga :  Bupati Seruyan Minta Patuhi Protokol Kesehatan Saat Beribadah
Hendra Lesmana Masuk Nominasi Anugerah Kebudayaan PWI
Hendra Lesmana, Bupati Lamandau

Selanjutnya Wali Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, H. Helmi Hasan, Bupati Lamongan, Jawa Timur, H.Yuhronur Efendi, Walikota Surakarta, Jawa Tengah, Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Padang Panjang, Sumatera Barat H. Fadli Amran (Datuak Paduko Malano), Bupati Magetan, Jawa Timur, H. Suprawoto, dan Bupati Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, H. Musyafirin.

Menurut Ketua Pelaksana AK – PWI Yusuf Susilo Hartono, masing-masing kepala daerah berhasil dengan baik menarasikan dan memvisualkan pergulatan memenangkan kesehatan, berbasis informasi dan kebudayaan, guna mewujudkan perilaku baru.

Salah satu yang menarik, sebut Yusuf Susilo, sebelum ada kebijakan prokes pandemi Covid-19, di antara daerah-daerah tersebut sudah memiliki “protokol warisan nenek moyang” dalam menghadapi wabah, yang dirawat dalam adat dan tradisi setempat.



Pos terkait