Bekas Bangunan Rumah Sakit Zaman Belanda, Rekreasi Literasi yang Menghibur

Berkunjung ke Museum Bank Indonesia (BI)

museum bank indonesia
REPLIKA EMAS: Wartawan Radar Sampit Dodi saat memperlihatkan replika Batangan emas di dalam Museum Bank Indonesia (BI).Insert beberapa koleksi di dalam museum. (DODI/RADAR SAMPIT)

Wartawan Radar Sampit berkesempatan mengunjungi Museum Bank Indonesia (BI) di Jakarta, pekan lalu. Ada ratusan koleksi menarik yang dipajang di gedung tersebut. Berikut tulisannya.

DODI-radarsampit.com, Jakarta

Bacaan Lainnya
Pasang Iklan

Museum Bank Indonesia pertama kali dibuka untuk umum pada 15 Desember 2006 oleh Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah. Selanjutnya diresmikan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada 19 Juli 2009 dengan menambahkan dan menyempurnakan tata pamer, serta menerapkan teknologi multimedia interaktif.

Edukator Museum Bank Indonesia Krisno Winarno mengatakan, Museum Bank Indonesia dulunya bernama De Javasche Bank. Sebuah bangunan rumah sakit pada masa Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). RS itu bangkrut akibat dilanda berbagai persoalan hingga akhirnya digunakan sebagai bank sentral.

Museum ini pertama kali didirikan tahun 1828. Dulunya tempat De Javasche Bank beroperasi. Karena memiliki nilai sejarah yang tinggi, akhirnya dialihfungsikan menjadi De Javasche Bank yang dinasionalisasikan menjadi Bank Sentral Indonesia atau yang umum dikenal sebagai Bank Indonesia pada tahun 1853.

Baca Juga :  Pemalsu Tes Antigen Diringkus di Perbatasan

Namun, gedung tersebut hanya beroperasi sampai tahun 1962, ketika Bank Indonesia berpindah di Thamrin, Jakarta Pusat. Gedung tersebut akhirnya dibiarkan kosong. Sampai dibuka untuk umum pada 15 Desember 2006 dan dijadikan sebagai warisan cagar budaya.

Krisno menuturkan, De Javasche Bank menjadi gudang hasil bumi, seperti rempah, kopi, dan teh, serta komoditas perdagangan. Kegiatan De Javasche Bank berkaitan erat dengan perdagangan hasil bumi dari berbagai penjuru Hindia Belanda. Oleh karenanya, kantornya tak hanya berada di Batavia, tetapi juga di beberapa kota besar lain, seperti Semarang, Surabaya, Padang, Medan, dan Solo.

Di dalam museum terdapat uang kerajaan di Nusantara, di antaranya Gobog Majapahit, Ma Perak, Uang Kampua, Dinara/Jinggara, Real Batu Sumenep, Kasha Banten, Keuh Aceh, hingga Rijksdaalder.

Koleksi yang dipamerkan mulai dari sejarah dan jenis mata uang di Indonesia sampai mancanegara, perkembangan logo Bank Indonesia, dan kisah krisis moneter pada tahun 1998.



Pos terkait