Demi Gaji Tak Dipotong, Warga Terpaksa Terjang Banjir

Wabup Kotim Tegaskan Pekerja Korban Banjir Harus Ada Dispensasi

banjir desa simpur
TERENDAM: Jalan menuju Kantor Desa Simpur, Kecamatan Kotabesi, terendam banjir, Jumat (16/9) lalu. (RADAR SAMPIT )

SAMPIT, radarsampit.com – Banjir yang melanda Kecamatan Kotabesi, membuat jalan poros menuju Desa Simpur tak bisa dilintasi kendaraan roda dua. Desa itu kini hanya bisa didatangi menggunakan kendaraan roda empat.

”Banjir sudah terjadi lebih dari sepuluh hari. Motor tidak bisa lewat karena genangan banjir cukup tinggi menutup akses jalan masyarakat. Kalau mau ke Sampit sebenarnya ada jalur alternatif lain menggunakan perahu kelotok, tetapi jaraknya 5-6 jam dan arus Sungai Mentaya juga cukup deras dan berisiko,” kata Khairil Anwar, Kades Simpur, pekan lalu.

Bacaan Lainnya
Pasang Iklan

Selama banjir, lanjutnya, masyarakat yang bekerja di perusahaan ada yang tetap bekerja dengan menerjang banjir. ”Warga di sini ada yang bekerja sebagai petani, tidak dapat bekerja. Tapi, ada juga warga yang bekerja di perusahaan sebagai buruh sawit. Mereka nekat bekerja, karena kalau tidak masuk kerja khawatir dipotong gaji,” katanya.

Khairil menuturkan, pihaknya siap memberikan surat rekomendasi resmi ke perusahaan apabila ada warga yang rumahnya terendam banjir.

Baca Juga :  Kata Kadis PUPR Kalteng, Jalan Sampit – Kasongan Tak Putus, Begini Penjelasannya

”Kami siap mengeluarkan surat rekomendasi ke warga yang ditujukkan ke perusahaan agar warga yang menjadi korban banjir diberikan dispensasi kerja,” katanya.

Wakil Bupati Kotim yang sempat meninjau lokasi banjir di Desa Simpur meminta perusahaan dapat memberikan dispensasi kepada karyawan yang menjadi korban banjir.

”Ke depannya saya akan rapatkan ini. Saya berharap semua perusahaan dapat memberikan dispensasi kerja kepada karyawannya yang menjadi korban banjir dengan pertimbangan disesuaikan dengan jarak karyawan dan disertai bukti foto lokasi banjir di rumah karyawan yang bersangkutan,” katanya.

Sementara itu, banjir di Kecamatan Mentaya Hulu, membuat sebagian warga setempat terserang gatal-gatal dan diare. Pelayanan kesehatan di Puskesmas Kuala Kuayan disibukkan dengan kunjungan pasien yang sebagian besar mengeluhkan diare.

”Setiap hari selama banjir terjadi, pasien keluar masuk dengan keluhan paling banyak sakit diare. Ada dua pasien yang yang rata-rata usia balita hingga anak-anak mengalami diare dan gatal-gatal,” kata Arrin, Kepala Puskesmas Kuala Kuayan saat ditemui Radar Sampit saat meninjau lokasi banjir baru-baru ini.



Pos terkait