SAMPIT, RadarSampit.com – Harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit terus memburuk. Bahkan sejumlah petani di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mulai meninggalkan kebunnya saat ini. Mereka memilih untuk mencari pekerjaan lain, karena harga komoditas itu yang kini menyentuh angka Rp800 perkilogramnya.
Seperti dilakukan Andi, pria ini awalnya merupakan petani sawit yang mengaku setiap bulannya mampu menjual sekitar 3 ton TBS kepada pengepul. Saat itu harga sawitnya mencapai Rp 3.000 perkilogram.
”Sekarang saya tidak urus sementara. Anehnya juga garong sawit (maling.red) juga tidak mau ambil buah itu. Sudah sepekan ini saya tinggalkan ke Sampit, biarkan saja buahnya meski kalau dipanen itu dapat saja paling tidak 1 ton,”ujarnya.
Andi mengakui, sejak anjloknya harga ini maling sawit semakin berkurang, bahkan nyaris tidak ada lagi di wilayah tempat kebunnya di Kecamatan Mentaya Hulu. Menurutnya, jika dibanding dengan sebelumnya jauh berbeda.
“Ketika harga masih bagus saya ini bermalam di kebun, bawa anak buah 2 orang untuk jaga supaya tidak dicuri maling. Karena dulu belum masak, buahnya sudah duluan maling mengambilnya,”ungkapnya.
Senada diungkapkan salah satu oknum warga yang kerap melakukan aksi pencurian kelapa sawit. Pria yang minta namanya dirahasiakan ini mengakui beberapa bulan terakhir memang kelompoknya tidak lagi beraksi. Ia menyebutkan, biaya operasional menggarong tidak sebanding dengan harga saat ini.
“Harga Rp 1800 kemarin saja sudah mulai kurang pencurian, apalagi harga Rp700 ini. Gak balik modal ,’katanya kepada Radar Sampit.
Pria ini mengakui aksi pencurian beberapa waktu lalu mereka lakukan ke sejumlah kebun sawit perusahaan besar swasta (PBS). Dengan modal minibus miliknya saja, menurutnya menghasilkan sampai 1,5 ton PBS.
”Satu malam beraksi bersihnya dapatlah Rp 1 juta. Kalau sekarang harga begini paling banyak Rp200 ribu, makanya jangan heran pencurian sawit itu berkurang,”bebernya.
Ia menambahkan, dibanding melakukan pencurian lagi, mereka memilih untuk melangsir BBM subsidi di SPBU. “Mending antre minyak. Dijual dapat saja ujungnya Rp 200-300ribu sehari, daripada main sawit kucing-kucingan dengan aparat,”tegas pria yang bersikeras tidak mau disebutkan namanya ini. (ang/gus)