Konflik soal Pasukan Merah, Menang Jadi Abu, Kalah Jadi Arang

Gesekan antara sesama suku Dayak dalam konflik antara Pasukan Merah dengan sejumlah organisasi masyarakat di Kalimantan Tengah berpotensi merugikan semua pihak,Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR),tbbr,pasukan merah,radar sampit,berita sampit,radar sampit hari ini
Ilustrasi. (M Faisal/Radar Sampit)

PALANGKA RAYA, RadarSampit.com – Gesekan antara sesama suku Dayak dalam konflik antara Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) atau Pasukan Merah dengan sejumlah organisasi masyarakat di Kalimantan Tengah berpotensi merugikan semua pihak jika berlangsung lama. Penyelesaian secara damai harus segera dilakukan untuk mengakhiri kegaduhan di ruang publik.

Ketua kerukunan warga Dusun Maanyan dan Lawangan (Dusmala) Bias Layar melalui Wakil Sekretaris Ingkit Djaper mengatakan, polemik tersebut tak perlu dibuat semakin meruncing, tetapi disikapi secara bijak. Dia berharap sesama Dayak tak ada gesekan hanya karena kepentingan sesaat yang justru menghancurkan Dayak sebagai sebuah bangsa beradab.

Bacaan Lainnya
Pasang Iklan

”Masing-masing pihak agar menahan diri dan mendinginkan suasana dan tensi ketegangan. Mari sama-sama dewasa dan berpikir jernih agar dapat handep hapakat (memperkuat persatuan dan kesatuan, Red) dalam sebuah kesamaan pandang yang nantinya bakal dilaksanakan DAD Kalteng,” ujarnya, Jumat (3/12).

Baca Juga :  Pasukan Merah Dilaporkan ke MADN, Ini Sederet Tuduhannya

Ingkit menekankan, masalah itu harus segera diselesaikan. Masing-masing pihak mengikuti aturan Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng sebagai fasilitator dan tidak saling lapor. Pasalnya, siapa pun yang menang, sejatinya semua pihak dirugikan. ”Kalah jadi abu, menang jadi arang,” katanya.

Dia mengharapkan semua pihak bisa sama-sama koreksi dan introspeksi terkait persoalan yang terjadi belakangan ini. Hal itu dapat menciptakan jalan yang baik dalam kesamaan tujuan membesarkan dan mengangkat harkat martabat suku Dayak. Filosofi huma betang harus dijunjung tinggi dalam penyelesaian masalah tersebut.

”Paling penting, jangan sampai kita sibuk berkelahi, tetapi sektor lain malah dikuasai orang lain dan tetap saja nanti kita hanya akan jadi penonton,” ujarnya.

Lebih lanjut Ingkit mengatakan, persoalan tersebut bisa terjadi disinyalir karena ada hal yang kurang sesuai dalam tatanan masyarakat Dayak. Baik dalam penegakan hukum, penguasaan atas tanah, pemenuhan hak ulayat, keberpihakan terhadap masyarakat Dayak, dan lainnya.



Pos terkait