Mampu Biayai Dua Anaknya hingga Sarjana 

Petani Sukses di Pangkalan Bun
SENANG BERTANI: Sukani saat di kebun miliknya di Jalan Pramuka, Desa Pasir Panjang, Kobar.(RINDUWAN/RADAR SAMPIT)

Sukani, Petani Sukses di Pangkalan Bun  

Menjadi seorang petani merupakan pilihan Sukani (62). Dari hasil bertani itu pula dia bisa menyekolahkan dua putranya sampai lulus sarjana.

Bacaan Lainnya
Pasang Iklan

RINDUWAN, Pangkalan Bun

Aktivitas Sukani sehari-hari dihabiskan di kebun Jalan Pramuka, Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat.  Di lahan seluas satu hektare miliknya itu, ada beragam tanaman.

Tanaman itu di antaranya, cabai, semangka, pepaya, pisang, dan buah naga. Semuanya ditanam karena memiliki potensi nilai jual yang tinggi. Selain kebun itu, dia juga memiliki kebun di lokasi lain, yakni di Desa Kumpai Batu Atas.

”Saya mengurus dua kebun. Pertama di Jalan Pramuka ini ada tanaman tumpang sari, yakni buah naga dan cabai. Sedangkan di kebun kedua di Desa Kumpai Batu Atas ada cabai rawit, cabai hijau, dan semangka,” kata Sukani.

Dia menuturkan, menjadi petani cabai harus telaten. Merawat tanaman itu memang dilihat mudah, tapi sebenarnya sulit. Apalagi di musim penghujan. Selain mudah busuk, juga mudah diserang hama.

Baca Juga :  Miris! Dianggap Halangi Tempat Usaha, Teknisi Sering Diusir saat Perbaiki PJU

”Selama tujuh tahun ini, saya telaten menanam cabai. Kalau ada hama, tinggal disemprot pakai cairan khusus untuk cabai,” ujarnya.

Sukani mengungkapkan, masa awalnya bertani di Pangkalan Bun sangat susah, karena tanahnya tidak sesubur seperti tempat asalnya di Banyuwangi, Jawa Timur. Meski demikian, dia terus berusaha dan bangkit untuk mencoba bertanam sayuran. Apalagi saat itu di Pangkalan Bun belum banyak yang bertanam sayur, sehingga jadi peluang sangat bagus dan nilai jualnya masih tinggi.

”Saya tergiur karena harga sayuran masih mahal. Setelah tahu celahnya dan ditelateni, hasilnya selalu ada,” ujarnya.

Menurutnya, menanam cabai harus diperlakukan seperti anak sendiri. Setiap satu batang harus diperhatikan. Apabila ada yang mulai kering, harus cepat dipangkas.

”Sebenarnya petani bakal semangat ketika harga cabai mahal. Pohonnya bakal dirawat dan diperhatikan. Seperti sekarang ini harga cabai rawit cukup tinggi,” ujarnya.

Dia menuturkan, cabai per satu kilogram dari petani diambil tengkulak dengan harga Rp 80 ribu. Harga tersebut sangat bagus untuk petani cabai.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *