Penderita Thalesemia Kotim Perlu Rumah Singgah, Tunggu Janji Pemerintah

THALASEMIA
BERDOA BERSAMA: Peringati Hari Thalesemia Sedunia, Ketua POPTI Kotim bersama dokter, perawat, orang tua pasien, dan pasien Thalesemia yang sedang menjalani transfusi darah ikut berdoa bersama di Klinik Thalesemia Lantai 4 RSUD dr Murjani Sampit, Selasa (10/5). (HENY/RADAR SAMPIT)

SAMPIT, RadarSampit.com – Sebagian besar pasien thalesemia yang rutin menjalani pengobatan dan transfusi darah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Murjani Sampit merupakan warga Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) yang tinggal jauh dari Kota Sampit.  Mereka didominasi usia anak-anak hingga remaja. Mau tidak mau, orang tuanya harus rutin mengantarkan anaknya ke rumah sakit.

Thalesemia merupakan kelainan genetik pada sel darah merah yang mengakibatkan kurangnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Apabila kadar Hb di bawah 10, penderita thalesemia akan merasakan keluhan badan terasa lemas, mengantuk, wajah pucat, hingga sesak napas.

Bacaan Lainnya

Penyakit ini merupakan penyakit jangka panjang yang memerlukan perawatan dan pengobatan seumur hidup, sehingga pasien harus melakukan transfusi darah setiap dua minggu sekali, tiga minggu sekali atau sebulan sekali. Frekuensi transfusi darah tergantung kadar hemoglobin (hb), berat badan, dan usia pasien.

Setiap pasien wajib melakukan pemeriksaan kadar Hb secara rutin untuk menjaga kestabilan tubuhnya. Kadar Hb normal untuk laki-laki dewasa adalah 13 g/dL (gram per desiliter), sedangkan kadar Hb normal wanita dewasa adalah 12 g/dL. Namun, pada umumnya minimal kadar Hb tidak boleh di bawah 10. Apabila sudah berada di bawah angka 10, maka pasien harus mendapatkan transfusi darah secara rutin.

Baca Juga :  Sempat Dilaporkan Hilang, Nelayan Tewas Tenggelam

Seperti yang dialami Gleo Febriola Kristianus (15). Remaja yang kini duduk di bangku kelas 1 SMA ini rutin menjalani transfusi darah di rumah sakit sejak dia didiagnosis mengalami sakit thalesemia saat usianya 6 bulan pada tahun 2006 lalu.

Gleo merupakan anak dari pasangan Karnani (45) dan Anjar Silvanus (50) yang memiliki tiga orang anak. Gleo merupakan anak kedua yang mengalami Thalesemia. Sedangkan, kakak sulung dan adiknya terlahir normal.

Karnani mengatakan, dia dan suaminya rutin membawa putra keduanya melakukan transfusi darah setiap sebulan sekali selama tiga hari berturut-turut. “Anak saya Hbnya rendah di angka 8. Jadi, harus mendapatkan tiga kantong darah. Dalam sehari transfusi darah membutuhkan waktu 4 jam dan hanya boleh sekantong saja, besoknya harus transfusi darah lagi sampai kantong ketiga,” kata Karnani.



Pos terkait