Sikap Pemkab Kotim Soal Pencemaran Sungai Mentaya

sungai
PELABUHAN: Kawasan Bagendang, Kotawaringin Timur menjadi sorotan legislator. Perairan Sungai Mentaya di sekitar pelabuhan bongkar muat ini diduga tercemar limbah minyak sawit. (DOK/RADAR SAMPIT)

SAMPIT Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menindaklanjuti tumpahan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CP0) yang mencemari Sungai Mentaya di sekitar Pelabuhan Bagendang. Minyak sawit bocor ke sungai pada Jumat (6/8) pekan lalu.

”Barang CPO itu milik PT Agro Indomas yang diangkut menggunakan kapal tongkang Kapuas Jaya O1,” ujar Kepala DLH Kotim Sanggul Lumban Gaol saat ditemui Radar Sampit di ruang kerjanya, Senin (9/8).

Bacaan Lainnya

Sanggul mengatakan, pihaknya bersama pihak terkait sudah melakukan pengecekan ke lokasi kejadian sekaligus melakukan pengambilan sampel air untuk memastikan kandungan air Sungai Mentaya yang tercemar. Sampel dikirim ke Jakarta PT Unilab Perdana untuk pemeriksaan lebih lanjut.

“Sekitar jam 10 kemarin semua tim kami dari DLH dan beberapa pihak terkait sudah turun ke lapangan dengan menyusuri menggunakan kelotok dan bantuan drone untuk mengetahui sebaran CPO yang tercecer,” kata Sanggul saat ditemui Radar Sampit diruang kerjanya, Senin (9/8).

Baca Juga :  Gelapkan 90 Ton CPO, Dua Terdakwa Terancam Penjara 4 Tahun

Semua data yang didapatkan di lapangan dilaporkan secara tertulis ke Bupati Kotim. Dinas tinggal menunggu hasil pemeriksaan laboratorium di Jakarta.

Sanggul mengatakan, dari hasil penulusuran ke lokasi kejadian diketahui ada  keretakan pada lambung kapal tongkang Kapuas Jaya 01 yang saat itu memuat CPO milik PT Agro Indomas. Pihak perusahaan terkait harus bertanggungjawab untuk melakukan mengambil tumpahan minyak sawit mentah yang tercecer.

“Setiap perusahaan itu punya standar operasional prosedur (SOP), perusahaan terkait wajib bertanggungjawab mengambil tumpahan minyak yang tercecer,” katanya.

Tumpahan minyak itu tercecer di kawasan Pelabuhan Bagendang sebanyak kurang lebih 50 kilogram. “Sudah 30 kilogram yang diambil. Keretakan pada kapal itu syukur cepat diketahui. Mereka sempat menyekat sehingga tidak membuat minyak menyebar luas,” ujarnya.

”Dilihat dari minyak yang tercecer tidak seberapa dan lekas ditangani. Hanya saja ini menjadi warning bagi pihak perusahaan untuk berhati-hati. Karena, air Sungai Mentaya menjadi bahan baku air PDAM dan bisa saja merusak ekosistem sungai,” ujarnya.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *