WASPADA!!! Penyakit TBC di Kotim Melonjak, Ada 1.823 Kasus

kepala dinas kesehatan kotim
Kepala Dinas Kesehatan Kotim Umar Kaderi. (HENY/RADAR SAMPIT)

SAMPIT, radarsampit.com – Penyakit tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit serius yang menyerang paru-paru. Penyakit itu disebut-sebut lebih berbahaya dibandingkan Covid-19. Jumlah kasusnya meningkat di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

”Kasus TBC di Kotim cukup tinggi. Tahun 2022 ditemukan 1.823 kasus dan pada 2023 sampai triwulan 1 ada 107 kasus yang menandakan kasus TBC menjadi penyakit serius yang lebih lebih berbahaya dibandingkan Covid-19,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kotim Umar Kaderi, Sabtu (20/5).

Bacaan Lainnya
Pasang Iklan

Tuberkulosis merupakan penyakit yang terjadi akibat infeksi peradangan paru yang disebabkan kuman Mycobacterium. Ditandai dengan ditemukannya flek pada paru atau biasa disebut paru-paru basah.

Berdasarkan data WHO Global TB Report tahun 2020, 10 juta orang di dunia menderita tuberkulosis (TBC) dan menyebabkan 1,2 juta orang meninggal setiap tahunnya. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TBC tertinggi di dunia dengan perkiraan jumlah orang yang jatuh sakit akibat TBC mencapai 845.000 dengan angka kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam.

Baca Juga :  Gasak Lahan Transmigrasi, Warga Gugat Perkebunan, Ramai-Ramai Datang ke Pengadilan

”Kemenkes berkomitmen tinggi mengeliminasi TBC pada tahun 2030 sejalan dengan target yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals atau SDGs. Strategi penanggulangan dan pencegahan TBC dilakukan dari pusat hingga ke daerah, yaitu dengan mengimbau masyarakat menjalankan pola hidup sehat, meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga kebersihan lingkungan, ketika badan kurang sehat tetap menggunakan masker, sehingga peluang penularan TBC bisa dicegah dan jangan sampai menyebar. Mudah-mudahan target eliminasi TBC ditahun 2030 itu bisa dilakukan,” katanya.

Selain itu, pihaknya terus menggencarkan imbauan kepada masyarakat untuk selalu menjaga sanitasi tetap bersih, saluran air pembuangan mengalir lancar, dan menggunakan septic tank sesuai standar kesehatan.

”Penanggulangan dan pencegahan TBC insya Allah terus dilakukan tenaga kesehatan melalui deteksi dini, mulai dari puskesmas yang didukung dengan laboratorium yang memadai, peralatan kesehatan yang lengkap. Apabila tidak dapat ditangani, akan dirujuk ke rumah sakit yang ditangani langsung dokter spesialis paru,” ujarnya.



Pos terkait