Radarsampit.com – Jumlah korban pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh I Wayan Agus Suartama (IWAS), atau dikenal sebagai Agus Buntung, terus bertambah.
Hingga Kamis (6/12/2024), korban bertambah menjadi 15 orang, termasuk salah satu korban yang masih duduk di bangku SMP.
Ketua Komisi Disabilitas Daerah (KDD) NTB, Joko Jumadi, menyampaikan bahwa jumlah korban berpotensi bertambah karena banyak yang baru berani melaporkan kejadian tersebut.
Sebelumnya, tersangka Agus Buntung dilaporkan memiliki 13 korban. Namun, dalam perkembangan terbaru, jumlah korban naik menjadi 15.
“Hari ini kami menerima dua laporan baru terkait dugaan pelecehan oleh saudara AG. Jadi total korban saat ini adalah 15 orang,” jelas Joko Jumadi pada Jumat (6/12/2024).
Dari jumlah tersebut, tiga korban diketahui masih di bawah umur, termasuk seorang siswa SMP.
Modus Operandi Agus Buntung
Menurut penjelasan Joko Jumadi, Agus Buntung menggunakan modus serupa dalam menjalankan aksinya.
“Awalnya, pelaku mengajak berkenalan. Kemudian dia membangun hubungan emosional atau melakukan grooming terhadap korbannya,” kata Jumadi.
Setelah itu, Agus melancarkan manipulasi psikologis untuk memengaruhi korban.
Jika cara tersebut tidak berhasil, pelaku kerap menggunakan ancaman berdasarkan informasi yang sudah dia kumpulkan dari korban.
“Dari laporan yang masuk, ada dua korban di bawah umur yang dipacarin pelaku sebelum tindakan pelecehan terjadi,” tambah Jumadi.
Potensi Bertambahnya Korban
Jumlah korban yang saat ini tercatat kemungkinan besar akan terus bertambah.
KDD NTB mencatat adanya aktivitas Agus yang terekam dalam foto dan video saat mendekati korban lain.
“Kami menduga masih ada korban lain yang belum melapor. Berdasarkan pantauan kami di media sosial, ada bukti berupa foto dan rekaman yang menunjukkan pendekatan Agus terhadap sejumlah perempuan,” ungkap Jumadi.
Latar Belakang Kasus Agus Buntung
Agus Buntung, seorang mahasiswa penyandang disabilitas asal Mataram, Nusa Tenggara Barat, telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pelecehan seksual terhadap seorang mahasiswi berinisial AP.
