Warung Remang Bundaran Tudung Saji Pangkalan Bun Seolah Terlindungi

Selalu Lolos Ketika Ada Razia Miras dan Pekat

Warung Remang
WARUNG REMANG: Suasana warung remang di kawasan Bundaran Tudung Saji, Kelurahan Baru, Kota Pangkalan Bun pada malam hari dari kejauhan, Jumat (5/7/2024) (Sulistyo/Radar Sampit)

PANGKALAN BUN, radarsampit.com – Kawasan Bundaran Tudung Saji menuju jalur poros Pangkalan Bun – Kotawaringin Lama di Kelurahan Baru, Kabupaten Kotawaringin Barat kini menjadi salah satu sumber keramaian di Kota Pangkalan Bun.

Suara musik karaoke yang berasal dari warung remang berkedok jualan kopi menjadi pemandangan setiap malam.

Bacaan Lainnya

Sejumlah perempuan dengan dandanan seksi nampak duduk bersama pengunjung. Semakin malam pengunjung semakin ramai, hal itu juga tampak dari kepadatan parkir kendaraan berbagai jenis di bahu dan merangsek ke badan jalan.

Informasi yang dihimpun Radar Sampit, perempuan-perempuan berbagai usia tersebut dapat dibooking dan dibawa ke penginapan maupun hotel. Selain itu warung remang diduga juga menyediakan minuman keras.

Namun, mereka menyimpan miras-miras tersebut di tempat terpisah, hanya ketika ada pesanan baru diambil di lokasi yang tidak jauh dari warung mereka.

Baca Juga :  BPJS Ketenagakerjaan Gelar Aksi Sosial Melalui Employee Volunteering

Mirisnya, aktivitas malam tersebut seolah tak tersentuh, hingga mereka bebas buka hingga malam hari, terlebih malam Minggu pengunjung semakin banyak.

“Sudah menjadi rahasia umum, kalau malam hari banyak perempuan di situ, biasalah namanya warung remang ya begitu itu,” kata Arbani salah seorang warga Pangkalan Bun, Jumat (5/6/2024) malam.

Ia heran sementara tempat karaoke di warung remang di pinggiran sering dirazia namun di tempat tersebut terlihat tidak tersentuh. “Bahkan saya dengar jika ada razia tidak ada barang bukti yang ditemukan,” lanjutnya.

Warga lainnya, Wahyudi mengaku risih dengan keberadaan perempuan-perempuan di warung remang itu, karena di atas pukul 22.00 WIB mereka sering ngobrol dengan pengendara di tepi jalan.

Ia berharap agar warung remang tersebut ditertibkan dan ada razia secara berkala agar kawasan pintu masuk dari kabupaten dan provinsi itu lebih humanis.

“Enggak enak saja melihatnya ketika kita lewat, mereka ngobrol di tepi jalan dengan pengendara roda dua dan suara musik juga keras banget dari warung,” pungkasnya. (tyo/sla)



Pos terkait