SAMPIT – Masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) diimbau waspada terhadap penularan penyakit hepatitis akut ‘misterius’ yang mulai merebak di Indonesia. Dikatakan misterius karena penyakit ini muncul tanpa penyebab yang jelas.
“Penyakit ini sudah masuk ke Indonesia dan sudah ada korban meninggal. Hal Ini yang menjadi atensi kami saat ini,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotim Umar Kaderi.
Warga Kotim diimbau waspada dengan adanya penyakit tersebut, namun tidak perlu panik berlebihan. Pihaknya meminta agar masyarakat bekerja sama dengan fasilitas kesehatan (faskes). Apabila ada masyarakat yang merasa tidak sehat agar segera memeriksakan diri ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.
Pihaknya telah meminta semua puskesmas maupun rumah sakit agar segera melapor ke dinkes apabila menemukan pasien hepatitis misterius.
“Kami minta puskesmas dan rumah sakit memonitor kasus tersebut, jika ada gejala seperti penyakit yang tidak diketahui agar segera melapor ke dinkes, supaya dapat segera mengambil tindakan lebih lanjut,” ungkapnya.
Sejauh ini dinkes belum menemukan indikasi penyakit hepatitis akut misterius tersebut di Kotim. Akan tetapi dia tetap meminta masyarakat agar jangan lengah dan abai terhadap kemungkinan infeksi penyakit tersebut.
Apalagi saat ini sedang masa arus balik Lebaran, sehingga banyak warga yang berdatangan dari luar daerah masuk ke Kotim. Bisa saja mereka telah terinfeksi penyakit tersebut ketika berada di daerah asalnya.
Seperti diketahui penyakit hepatitis akut ini telah memasuki wilayah Jakarta dan Surabaya, bahkan di Jakarta tercatat ada 3 korban meninggal dunia akibat penyakit tersebut. Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) juga telah menetapkan penyakit hepatitis akut misterius ini sebagai kejadian luar biasa (KLB) atau disease outbreak news (DONs) yang perlu perhatian bersama.
Untuk itu dia mengimbau masyarakat senantiasa menerapkan pola hidup sehat dan dan menjaga protokol kesehatan (prokes) agar terhindar dari paparan virus penyakit. Para orang tua agar selalu memantau kesehatan anak-anak, sebab dari kasus yang terjadi penderitanya berada di kisaran usia 1 bulan hingga 16 tahun.
