Kasihan, Warga di Dua Desa Ini Terisolasi Banjir

Desa Rungun,Kotawaringin Lama,Kotawaringin Barat,Desa Kondang
Jalan poros dari Kotawaringin Lama menuju Desa Rungun dan Desa Kondang terputus akibat banjir besar dan hanya bisa dilalui alat transportasi air, Jumat (14/10).(istimewa)

PANGKALAN BUN -RadarSampit.com- Desa Rungun dan Desa Kondang di Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) sejak beberapa hari ini terisolasi, oleh derasnya banjir yang melanda wilayah tersebut.

Jalan poros menuju dua desa tersebut terputus akibat banjir dengan ketinggian di atas 1 meter, satu-satunya akses transportasi yang bisa melewati jalan untuk menuju ke dua desa tersebut hanya bisa dilakukan dengan perahu getek.

Banjir dari luapan Sungai Lamandau itu  membuat aktivitas warga di dua desa tersebut terbatas, terlebih bagi mereka yang ada kepentingan ke ibukota kecamatan, terpaksa banyak mengurungkan niatnya.

Seorang warga Desa Rungun Kecamatan Kotawaringin Lama Fikri mengakui, dalam satu bulan terakhir sudah merasakan dua kali desa mereka terisolasi oleh banjir.

“Banjir pertama kita sudah sulit untuk beraktivitas, kemudian surut dan kita mulai bisa beraktivitas ke ibukota kecamatan dengan kendaraan roda dua atau empat. Sekarang banjir ke dua, dan jalan poros tersebut kembali terendam air. Warga kembali bingung dan pasrah dengan fenomena alam ini,” keluhnya, Jumat (14/10).

Baca Juga :  Oknum Mahasiswi Lahirkan Bayi Lalu Dibuang

Terlebih dengan intensitas hujan yang terus menerus mengguyur Kabupaten Kobar dan sekitarnya membuat ketinggian air terus meningkat di jalan poros itu. Dari anak yang mau berangkat sekolah dan masyarakat yang akan bekerja di luar desa,  sudah menggunakan jasa transportasi air.

Warga lainnya, Roni Saputra mengaku baru saja datang dari Pangkalan Bun, dan sejak berangkat mereka sudah menjumpai berbagai halangan, terutama titik banjir di Kelurahan Raja Sebrang dan Mendawai Seberang. Kemudian setelah akan memasuki desa kembali mereka mendapati jalan poros sudah tidak bisa dilalui kendaraan lagi.

“Kita naik perahu getek, ongkos per orang dengan kendaraan Rp20 ribu. Kasihan yang sekolah dan bekerja di ibukota kecamatan,  berapa ongkos mereka pulang pergi,” ungkapnya.

Ia berharap, agar pemerintah daerah mengupayakan transportasi air gratis untuk masyarakat, karena dalam kondisi yang serba sulit masyarakat dipaksa untuk merogoh kocek lebih mahal untuk beraktivitas. (tyo/gus)



Pos terkait