Politikus PDIP Geram, Sebut Tak Perlu Lagi Pemilu dan Pilkada Jika Rezim Gunakan Kekuasaan

aria bima 169
Aria Bima

JAKARTA, radarsampit.com – Politikus senior PDI Perjuangan Aria Bima mengatakan, ke depan tidak perlu lagi ada pemilihan umum (Pemilu) dan pemilihan kepala daerah (Pilkada) jika rezim bebas menggunakan kekuasaan, sehingga prosesnya sarat manipulasi.

Menurut dia, berbagai kecurangan dan pelanggaran Pemilu 2024 yang tidak ditangani dengan serius oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) hingga mencapai puncaknya pada kerancuan sistem rekapitulasi suara yang terindikasi menguntungkan paslon tertentu, akan menjadi preseden bagi penyelenggaraan pemilu bahkan pilkada selanjutnya.

Bacaan Lainnya
Gowes

Aria Bima menilai, penguasa baik di pusat maupun di daerah akan memanfaatkan kekuasaan untuk menggiring atau memanipulasi proses pemilu, sebagaimana yang terjadi pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

“Tidak ada yang bisa melawan rezim kalau melihat betapa proses pemilu sekarang yang manipulatif sejak awal ini seolah dibiarkan terjadi. Kalau masih kejadian seperti ini, percuma tahapan pemilu dilakukan, mending oligarki ditunjuk saja biar selesai. Ini mau pakai cara apapun tidak akan bisa dilawan, manuvernya memang untuk memenangkan paslon tertentu,” kata Aria Bima, dalam jumpa pers Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, di Jakarta, Jumat (16/2/2024).

Baca Juga :  Pastikan Kelancaran Pemilu 2024, Polres Simulasikan Penanganan Aksi Anarkis di KPU Kobar

Dia menilai, tidak perlu ada pemilu maupun Pilkada, jika sistemnya seperti saat ini. Sebab, penguasa tidak netral dan menggunakan kekuasaannya untuk memanipulasi sistem pemilu melalui program pemerintah dan pengerahan aparat.

“Kalau pemilu dilakukan dengan sistem seperti sekarang ini, ada politisasi bansos, subsidi pupuk, intimidasi kepada aparat desa melalui dana desa, belum lagi money politic, terus untuk apa kampanye, debat, tim narasi, tim subtansi, tim intelektual dikumpulkan. Tidak ada artinya semua, apalagi dengan closing yang amburadul seperti ini,” ungkap dia.

Dia pun mengatakan, KPU dan Bawaslu seharusnya meminta maaf atas penyelenggaraan Pemilu yang buruk, dan hanya menjadi ajang yang membuang uang negara, namun demokrasi tercoreng.



Pos terkait