Ratusan Orangutan Kalimantan Masih Direhabilitasi

Diberi Nama Keren Mirip Artis, Sepuluh Satwa Dilepasliarkan 

orang utan 1
HIDUP BEBAS: Salah satu orang utan yang dilepasliarkan ke alam bebas di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR). Tampak pula proses pelepasliaran orang utan yang telah selesai menjalani masa rehabilitasi. (BOSF/Radar Sampit)

PALANGKA RAYA, radarsampit.com – Sekitar 400 orang utan Kalimantan Tengah masih menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Orang Utan Nyaru Menteng, Palangka Raya. Satwa dilindungi tersebut akan dilepasliarkan jika masa rehabilitasinya selesai.

Chief Executive Officer Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) Jamartin Sihite mengatakan, rehabilitasi merupakan upaya melindungi satwa langka itu dari kepunahan. Perlindungan dan pelestarian orang utan akan semakin berkembang dan terjaga. Keberadaan orang utan bisa menjaga keseimbangan ekosistem.

Bacaan Lainnya

”Agar ekosistem berkembang, memerlukan adanya orang utan dan sebagai gantinya, memberi manusia udara yang segar, air bersih, serta iklim yang teratur,” ujarnya, Rabu (14/6/2023).

Hal tersebut disampaikan Jamartin saat pelepasan sepuluh orang utan yang telah selesai direhabilitasi. Pelepasliaran dilakukan ke hutan alami di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) wilayah kerja Resort Tumbang Hiran. Hal tersebut merupakan kedua kalinya dilakukan Yayasan BOS tahun ini.

Baca Juga :  Oknum Pelatih Silat Hamili Juniornya
orang utan 2
Pelepasliaran Orang Utan setelah menjalani rehabilitasi

Orang utan yang dilepas tersebut diselamatkan dari berbagai daerah di Kalteng. Satwa itu masing-masing telah diberi nama yang tak kalah unik dengan manusia, yakni Aristo (20), Lalang (23), Noni Partono (9), Svenja (19), Yoko (10), Syahrini (10), Kejora (9), Susanne (10), Mama Edwan (36), dan Edwina (6).

Masing-masing satwa yang dilepasliarkan tersebut memiliki kisah tersendiri. Aristo, misalnya, orang utan jantan tanpa induk yang diselamatkan dari area perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur pada 12 September 2006. Saat tiba di Nyaru Menteng, ia masih berusia 2,5 tahun dengan berat badan 4,1 kg.

Selepas masa karantina, Aristo mengikuti Sekolah Hutan dan mampu menyelesaikannya dengan baik sampai akhirnya mendapatkan kesempatan mengikuti proses akhir dari semua tahapan rehabilitasi yaitu prapelepasliaran.

Pada 31 Desember 2019, Aristo dipindahkan ke Pulau Bangamat. Satwa itu menunjukkan perkembangan perilaku yang cukup menggembirakan selama berada di pulau tersebut.



Pos terkait