PANGKALAN BUN, radarsampit.com – Berbagai upaya mencegah meluasnya kebakaran hutan dan lahan gagal total. Hal itu terlihat dari kian ganasnya amukan api melumat satu per satu hutan dan lahan yang mengering. Asap yang ditimbulkan jadi ”racun” bagi sebagian besar manusia yang menghirupnya.
Sejumlah upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah daerah di Kalteng—termasuk pemerintah pusat—sebelum kemarau tak mempan menahan laju api. Gencarnya sosialisasi terhadap masyarakat agar tak membakar lahan, gagal mengendalikan dan menyadarkan perilaku bebal sebagian orang yang tetap menyulut bara.
Gencarnya pemadaman saat ini merupakan upaya penanganan setelah gagalnya pencegahan. Tim pemadam dari sejumlah elemen harus turun ke medan perang. Sebagian dari mereka menggempur karhutla dengan fasilitas terbatas, terutama sarana keamanan diri saat perang melawan api.
Sejumlah petugas mengenakan masker jauh dari standar, bukan masker khusus untuk tugas berat memadamkan api yang melumat berhektare-hektare lahan. Tumbangnya personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) saat memadamkan api di Desa Kubu, Minggu (3/9) lalu, jadi salah satu bukti.
Karhutla di semua daerah meningkat signifikan. Setiap hari titik api selalu muncul di lokasi berbeda. Menyikapi kondisi tersebut, Manggala Agni Daerah Operasi (Daops) Kalimantan III/ Pangkalan Bun harus siaga penuh selama 24 jam.
Kepala Daops (Kadaops) Manggala Agni Kalimantan III/Pangkalan Bun Binsar Oktavianus Togatorop mengatakan, pihaknya bersama instansi dan stakeholder terkait terus melakukan upaya pemadaman di beberapa titik yang terdeteksi terjadi karhutla. Baik yang diterima langsung dari laporan masyarakat maupun berdasarkan titik panas yang terpantau satelit.
”Upaya pemadaman terus kami lakukan di tiga kabupaten dari lima kabupaten pada wilayah kerja kami, di antaranya Kabupaten Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, dan Sukamara,” katanya, Senin (4/9/2023).
Menurutnya, pemadaman darat dilakukan Manggala Agni bersama instansi terkait, serta dukungan dari satgas udara, yaitu dengan mengerahkan helikopter water bombing (pengebom air) untuk mengguyur lokasi yang tidak terjangkau tim darat.