PANGKALAN BUN, radarsampit.com – BPBD bersama tim gabungan kesulitan memadamkan kebakaran hutan di Desa Sungai Bakau, Kecamatan Kumai, setelah lima hari membara. Kobaran api semakin meluas meski digempur tim dari BPBD, Manggala Agni, Balakar Huma Singgah Itah, Masyarakat Peduli Api (MPA), TNI, dan Polri.
Sejumlah kendala dihadapi tim gabungan. Mulai dari jauhnya akses menuju titik api, ketersediaan sumber air, angin kencang, serta cuaca terik. Petugas meminta agar teknik penanganan karhutla ke depannya diubah, mengingat dalam empat hari penanganan banyak hal yang perlu dikoreksi.
Seorang petugas pemadam garda terdepan mengungkapkan, pola penanganan sebelum ini, ketika api mulai bisa dikendalikan dan mulai padam di permukaan tanah, tim gabungan langsung ”balik kanan”. Tidak ada yang bersiaga di lokasi untuk antisipasi sewaktu-waktu menyala kembali.
”Ketika ditinggal pulang dan api menyala kembali, tim yang sudah berada di Mako masing-masing harus kembali lagi, sementara jarak begitu jauh,” ujar anggota tim gabungan yang meminta namanya tak disebutkan ini.
Dia melanjutkan, titik api terpencar dan sumber air sangat sulit. Ditambah jarak tempuh yang jauh, api sempat berkobar kembali karena saat pendinginan tidak sepenuhnya padam.
”Empat hari ini api sudah hidup, baru ditangani, karena lahan yang terbakar luas dan sulitnya sumber air, sehingga wajib dijaga dari pagi sampai sore. Jangan menunggu laporan baru meluncur di titik yang sama,” katanya.
Kepala Pelaksana BPBD Kobar Syahruni mengatakan, luasan lahan yang terbakar masih berpotensi bertambah. Kebakaran di Sungai Bakau merupakan peristiwa paling besar sepanjang periode Januari – Juni 2023. ”Sudah tiga blok yang terbakar dengan luasan lahan mencapai lebih dari 60 hektare,” ujarnya. (tyo/ign/sla)