PANGKALAN BUN, radarsampit.com – Aktivitas illegal fishing di daerah aliran sungai (DAS) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) kembali marak. Ulah oknum masyarakat yang mencari ikan dan udang dengan cara tidak ramah lingkungan tersebut mengancam potensi perikanan. Informasi yang dihimpun dari sejumlah petani keramba apung di DAS Lamandau, sejak debit air sungai mulai menurun, aktivitas penyetruman dan racun kembali marak.
Biasanya aktivitas mereka dilakukan sejak matahari terbenam hingga menjelang subuh, ikan dan udang hasil penyetruman mereka jual ke pedagang ikan di pasar.
Dampak yang paling dirasakan akibat ulah penyetrum, para pemancing yang biasanya memperoleh hasil pancingan yang banyak, saat ini jauh berkurang.
Salah seorang pemilik keramba apung di Sungai Seluluk mengatakan, wajar saja para pemancing mengeluhkan sulitnya mendapatkan ikan dan udang di DAS Lamandau, karena ia menyaksikan setiap hari para penyetrum melintas didepan keramba miliknya.
“Para pemancing mengeluh, katanya udang semakin sulit, wajar saja karena saya setiap hari melihat para penyetrum melintas, berangkat magrib pulang subuh,” ungkap pemilik keramba di DAS Lamandau, Andi, Sabtu (3/6).
Ia menyebut, sejatinya di sepanjang DAS Lamandau dari Rasau hingga ke simpang tiga arah Pendulangan, Tanjung Putri merupakan surganya Udang, namun kalau terus-terusan disetrum maka tidak menutup kemungkinan akan habis, karena bukan saja udang dan ikan berukuran besar tapi hingga yang kecil akan mati.
Ia berharap, patroli dari kawasan Suaka Margasatwa (SM) Lamandau bisa menyisir DAS Lamandau yang masuk wilayah Kobar dan memburu pelakunya. “Kalau tidak dihentikan bisa merusak keseimbangan, lama-lama habis juga kalau terus disetrum,” keluhnya.
Sementara warga Pangkalan Bun, Heru menyebut bahwa bukan menjadi rahasia umum bahwa pelaku ilegal fishing merupakan oknum masyarakat yang berada di Bantaran Sungai Arut.
Bahkan profesi penyetrum ini secara turun temurun, sudah banyak yang tertangkap oleh Aparat Penegak Hukum (APH) tetapi tidak juga jera. “Biasanya alat setrum dengan kekuatan 2 aki ganda yang biasa digunakan untuk mobil, sebenarnya mudah menangkap mereka tetapi jarang yang patroli jadi semakin marak,” pungkasnya. (tyo/fm)