PANGKALAN BUN, radarsampit.com – Sejumlah barang kebutuhan pokok masyarakat di pasar tradisional di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) mulai menggeliat menjelang Ramadan 1444 Hijriah.
Komoditas pokok yang mengalami kenaikan paling signifikan dalam sepekan terakhir adalah beras. Sebagian pedagang mengaku bingung dengan naiknya harga beras di distributor.
“Kenaikan harga sudah hampir satu Minggu ini, kami juga tidak tahu kok tiba-tiba ada kenaikan yang signifikan,” kata pedagang sembako di Pasar Indra Sari, Pangkalan Bun, H Hasan, Selasa (14/3).
Menurutnya, meski setiap menjelang bulan puasa kebutuhan pokok mengalami kenaikan, namun kenaikan harga beras yang tiba-tiba itu cukup mengejutkan.
Disebutkannya beras ukuran kemasan 25 kilogram di distributor biasanya Rp315 ribu saat ini naik menjadi Rp335 ribu, sementara untuk harga jual mencapai Rp345 ribu.
Sementara itu untuk harga minyak goreng dan gula meski ada kenaikan namun masih dalam batas kewajaran berkisar Rp1000. “Kalau minyak goreng kenaikan ini masih bisa kita bilang standar, dan belum melonjak,” ujarnya.
Kalau untuk harga telur per piringnya ada kenaikan Rp5000 dari harga Rp60 ribu sekarang menjadi Rp65. Siti Khodijah salah seorang pedagang sayur juga menyebutkan, komoditas cabai rawit menjadi komoditas yang mengalami kenaikan. Saat ini, per kilogramnya dibandrol harga Rp75 ribu.
“Mau puasa mas hampir semuanya naik, seperti cabai ini sebelumnya, harganya Rp 60 ribu sekarang jadi Rp 75 ribu,” ungkapnya.
Kemudian, selain cabai sejumlah komoditas yang alami kenaikan diantaranya Tomat, Bawang Merang, Bawang Putih, Kentang, Wortel.
“Tomat sekarang Rp15 ribu perkilo, sebelumnya hanya Rp6 ribu, lalu bawang merah sebelumnya perkilo Rp30 ribu sekarang Rp45 ribu, Bawang Putih Rp25 ribu, sekarang Rp35 ribu, Kentang dan Wortel sebelumnya Rp 17 sampai 18 ribu perkilogram, sekarang Rp20 ribu perkilonya,” imbuhnya.
Menurutnya kenaikan harga sejumlah komoditas selain jelang ramadan, karena memang jumlah barang yang tidak banyak, sehingga barang saat ini kosong dipasaran, lantaran distribusi dari Jawa tersendat.
