SAMPIT – Kemunculan beruang di beberapa lokasi permukiman Kota Sampit diprediksi masih akan berlanjut. Di musim kemarau, habitat beruang mengalami kekeringan sehingga kekurangan makanan. Satwa liar inipun merangsek ke permukiman untuk mencari makan.
“Ini terkait dengan cuaca. Di lokasi-lokasi beruang tinggal, saat ini mulai kekeringan dan kekurangan makanan, sehingga beruang memasuki perkebunan, ladang, dan permukiman warga,” ujar Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Jaga Sampit Muriansyah.
Jika dilihat dari data empat tahun belakangan ini, pihaknya menduga kemunculan beruang akan terus berlanjut dan kemungkinan akan berkurang pada akhir tahun.
“Kemungkinan kemunculan beruang berkurang saat November atau Desember,” sebut Muriansyah.
BKSDA mencatat, beruang muncul ke permukiman pada Mei, Juni, dan Juli. Lokasinya tersebar di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Baamang, Kotabesi, dan Kecamatan Cempaga.
“Areal tersebut masih ada air di parit kebun atau ladang, dan ada makanan,” tambahnya.
Makanan yang menjadi incaran beruang berupa buah nanas, nangka, ayam, dan sampah rumah tangga yang dibuang sembarangan oleh warga. Dari pengamatan petugas, beruang merusak pohon kelapa, membongkar tanah bekas batang kelapa sawit, dan membongkar bungkusan sampah.
Petugas BKSDA sudah memasang perangkap di sekitar Jalan Lingkar Utara Kota Sampit, namun belum membuahkan hasil. Jika satwa liar itu muncul lagi, Muriansyah mengimbau warga segera melaporkannya kepada petugas.
“Kalau ada laporan kemunculan beruang kami berjanji akan segera ke lokasi untuk menindaklanjutinya,” tutupnya. (yn/yit)