Radarsampit.com – Apakah Anda pernah mendengar istilah fraktur penis atau penis patah? Fraktur penis dapat terjadi akibat cedera dalam posisi apa pun saat berhubungan dengan pasangan.
Menurut laman Healthline.com penis patah atau fraktur penis pada pria heteroseksual, posisi woman-on-top dapat meningkatkan risiko.
Ketika penis terhalang sesaat di pintu masuk vagina, berat badan wanita dapat membengkokkan ereksi secara paksa.
Jika Anda mengalami benturan keras pada alat kelamin, penis Anda mungkin terasa nyeri atau memar. Fraktur penis merupakan cedera yang lebih parah.
Gejala-gejala berikut merupakan tanda-tanda bahaya penis patah diantaranya suara letupan atau letupan yang dapat didengar, kehilangan ereksi secara tiba-tiba, nyeri parah setelah cedera, memar gelap di atas area yang terluka, penis bengkok, darah keluar dari penis dan sulit buang air kecil.
Dikutip oleh JawaPos.com, Jumat (13/8) di laman Antara, Dokter Spesialis Urologi Konsultan Andrologi Urologi dr Widi Atmoko, Sp.U (K) bahwa fraktur penis atau penis patah biasanya paling sering dialami oleh pasien atau pasangan yang melakukan doggy style 40,3 persen atau man on top atau woman on top.
Penis yang patah biasanya akibat membentur tulang misalnya panggul pada wanita (pasangan) saat melakukan hubungan seksual. Saat ereksi, semua lapisan di dalam penis menjadi tipis dan mudah robek saat mengalami benturan.
“Ketika robek, dia (penis) bisa mengalami patah. Nanti dia (penis) bisa bengkak, berdarah hingga berujung disfungsi ereksi,” ujarnya.
Fraktur penis biasanya memerlukan pembedahan. Dokter bedah akan menjahit robekan pada tunika albuginea dan korpus kavernosum.
Tujuan utama pengobatan adalah memulihkan atau mempertahankan kemampuan ereksi dan menjaga fungsi saluran kemih.
Anda tidak boleh berhubungan seksual setidaknya selama sebulan setelah operasi. Tanyakan kepada dokter apa yang dapat Anda lakukan untuk membantu penyembuhan luka. (*)