Para Pelaku Perundungan Juga Trauma

uptd ppa
PENDIDIKAN: Konselor dari Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) melakukan trauma healing kepada murid murid SD di Lamandau.

NANGA BULIK, RadarSampit.com – Dua hari pascaviralnya video perundungan siswa SD di Lamandau, kasus ini masih jadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Kemarin (11/3), Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamandau Abdul Kohar turun langsung ke sekolah untuk menggali kronologi kejadian. Sementara konselor dari Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) melakukan trauma healing kepada anak-anak di kelas.

“Kronologinya yang kita gali, kejadiannya seperti dunia anak, saling menjaili sesama anak, saling balas-balasan,” ucap Kohar. Menurut Kohar, pihak sekolah kecolongan terkait munculnya video yang viral akibat sejumlah anak merekam kejadian ini menggunakan handphone. Semestinya handphone yang dibawa murid ke sekolah dikumpulkan oleh guru.

Bacaan Lainnya

Dinas Pendidikan akan melakukan penyuluhan terhadap guru agar aksi kekerasan dan perundungan di sekolah tidak terjadi lagi. Peristiwa ini juga akan segera dibahas di dalam pertemuan kelompok kerja kepala sekolah (K3S) sebagai bahan evaluasi.

“Akan diberikan peringatan secara tertulis terhadap guru kelas, serta pendampingan peserta didik oleh tim dari UPTD PPA. Para pelaku saat ini masih diberikan pembinaan akhlak,” jelasnya.

Baca Juga :  Hanya Dibutuhkan Saat Minta Iuran, Tenaga Pendidik Kecewa dengan PGRI Kotim

Sementara itu, salah satu konselor dari UPTD PPA Yursiana Permatasari menjelaskan, bahwa berdasarkan informasi yang digali dari murid-murid, yang memukul lebih dahulu adalah korban. Namun saat korban memukul A dan D tidak direkam.

Lalu A emosi karena tidak terima dilempar dengan buku, sehingga dia membalas dengan membabi buta, begitu pula dengan D.

“Pulang sekolah, korban kembali menantang D. Karena teman-temannya sorakin, akhirnya D panas dan melanjutkan pertengkaran di luar. Kalau di luar yang memukul korban adalah D dan M,” lanjutnya.

Setelah video tersebut viral, anak-anak yang menjadi pelaku perundungan kini justru mengalami trauma atau shock. Minggu depan, UPTD PPAakan kembali melakukan trauma healing untuk para korban dan pelaku.

“Hari ini cukup sedikit trauma healing dan mengetahui kronologis saja, akan kita lanjutkan Minggu depan karena tidak bisa semuanya sekaligus. Yang shock dan trauma bukan hanya ketiga pelaku dan korban, tapi juga temanteman lain sekelas yang wajahnya ikut masuk dalam rekaman. Yang terlihat sangat tertekan adalah pelaku D. Sementara A dan M juga cukup trauma karena mereka banyak mendapatkan hujatan, dimarahi orangtuanya, serta banyak menerima WA berisi ancaman,” bebernya. (mex/yit)



Pos terkait