SAMPIT, radarsampit.com – Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui pantauan sensor modis (Aatelit Terra Aqua dan Soumi NPP) pada tahun 2024 ini, untuk periode Januari sampai Juli, per tanggal 17 Juli 2024 di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terpantau hotspot sebanyak 61.
Hal tersebut disampaikan AKBP Resky Maulana Zulkarnain yang baru menjabat sebagai Kapolres Kotim menggantikan AKBP Sarpani saat memimpin apel siaga dan gladi kesiapsiagaan darurat bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di halaman Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim, Jumat (19/7/2024).
“Momen hari ini semakin meningkatkan koordinasi dan sinergi kita dalam upaya penanggulangan Karhutla di Kotim. Saya berharap melalui apel ini akan terjalin dengan baik semangat kebersamaan seluruh pemangku kepentingan lintas sektoral untuk mewujudkan penanggulangan Karhutla di Kotim menjadi aksi nyata dalam upaya mengurangi resiko bencana,” kata Resky membacakan sambutan Bupati Kotim Halikinnor.
Pada kesempatan itu disampaikannya, luasan lahan terbakar di Kotim periode Januari-Juli 2024 seluas 0,83 hektare. Berdasarkan data tersebut dikatakannya bahwa ancaman Karhutla masih ada.
Terlebih lagi, saat ini sedang memasuki musim kemarau, dimana banyak lahan yang mengalami kekeringan dan mudah terbakar, ditambah dengan semakin sulitnya sumber-sumber air untuk kebutuhan pemadaman api jika terjadi Karhutla.
Apel siaga ini merupakan bagian dari upaya untuk memitigasi terkait dengan Karhutla karena dari beberapa evaluasi dari BPBD bahwa sudah terdapat beberapa hogspot yang harus segera yang teridentifikasi akan meluas.
“Jadi kami tentunya dari forkopimda bergerak cepat untuk melakukan kegiatan-kegiatan mulai dari mitigasi, mengidentifikasi, kemudian kita menentukan CB dan setelahnya melakukan tindakan upaya di lapangan sehingga pembakaran hutan ini dapat kita cegah,” terangnya.
Menurutnya, lebih baik dilakukan upaya pencegah daripada nanti kebakaran hutan ataupun lahan semakin meluas. Tentunya saja kata dia hal ini juga harus mendapatkan dukungan dari masyarakat terkait dengan pemahaman atau kesadaran untuk tidak membakar lahan.