Warga Kampung Miliarder Bangkrut dan Jatuh Miskin? Ternyata Ini yang Sebenarnya Terjadi

kampung miliarder
TETAP BERTANI: Siti Nurul Hidayatin, warga Sumurgeneng, memasukkan jagung ke dalam glangsing. Mayoritas warga Sumurgeneng bertani dan beternak.RIANA SETIAWAN/JAWA POS

Radarsampit.com – Di tengah isu bangkrut dan jatuh miskin, warga desa di Kabupaten Tuban penerima kompensasi miliaran rupiah empat tahun silam masih hidup sangat berkecukupan sampai sekarang. Tapi, mereka yang dulu jadi buruh penggarap lahan kini menjai yang paling terpukul telak.

Mobil-mobil mewah masih tampak berlalu-lalang di jalanan Desa Sumurgeneng, Tuban, Jawa Timur, Kamis (9/1) siang pekan lalu.

Bacaan Lainnya

Rumah-rumah megah juga masih kukuh berdiri di berbagai sudut desa yang masuk wilayah Kecamatan Jenu tersebut, lengkap dengan pagar besi membentang.

Jadi, Matraji, salah seorang warga Sumurgeneng, tak tahu dari mana asal mula isu bahwa para penduduk desa yang empat tahun lalu dijuluki Kampung Miliarder itu jatuh miskin.

”Alhamdulillah, sampai saat ini masih berkecukupan. Ekonomi kami malah meningkat pesat,’’ tuturnya kepada Jawa Pos Radar Tuban yang menemui pria 64 tahun tersebut di kediamannya.

Baca Juga :  Minyak Goreng Murah Langsung Diburu Kaum Ibu, Ada yang Masih Dapat Harga Mahal

Empat tahun silam, Matraji menerima Rp 3,7 miliar sebagai kompensasi atas lahannya. Dari jumlah tersebut, sebagian besar dia sebut masih tersimpan di bank.

Pada Februari 2021, Sumurgeneng ramai mendapat julukan Kampung Miliarder setelah banyak warganya mendapat kompensasi miliaran rupiah guna pembebasan lahan untuk lokasi proyek kilang minyak Grass Root Refinery (GRR) Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia.

Di hari-hari itu, mobil-mobil baru nan mahal yang dibeli warga gantian berdatangan.

”Sejak pembebasan tahun lalu hingga sekarang, sudah ada 180 mobil baru yang masuk desa ini,” ujar Kepala Desa Sumurgeneng Giatno kepada Jawa Pos (19/2/2021).

Di hari-hari itu juga, para staf diler mobil dan motor, perbankan, kompleks perumahan, sampai beragam asuransi ”ngantor” di Sumurgeneng. Berharap cipratan rezeki dari warga untuk produk yang mereka tawarkan.

Reportase Jawa Pos ketika itu mendapati, selain untuk membeli mobil, motor, dan barang keseharian lain, uang kompensasi rata-rata juga dipakai untuk memperbaiki rumah.

Ada pula yang digunakan untuk membeli tanah dan sawah di desa atau wilayah sekitar selain tentunya didepositokan. GRR Tuban yang merupakan proyek strategis nasional membutuhkan lahan yang sangat luas, mencapai 841 hektare.

Baca Juga :  Pertamina Permudah Nelayan Desa Sungai Bakau Dapatkan BBM

Cakupan lahan itu berdasar peta penentuan lokasi (penlok) mencakup beberapa desa di Kecamatan Jenu. Juga sebagian hutan produksi yang ada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (sekarang terpecah jadi dua kementerian, Red).

Proses pembebasan lahan dimulai sejak 2019. Perinciannya, ada 1.136 bidang yang dibutuhkan. Terbagi ke tiga desa; Sumurgeneng (566 bidang), Wadung (562), dan Kali Untu (6).



Pos terkait