Ada Anggota Fiktif, Korban Arisan Diduga Bodong di Sampit Terus Bertambah

uang ilustrasi
ilustrasi

SAMPIT, radarsampit.com – Korban arisan diduga bodong di Sampit terus bertambah. Sejumlah korban menyebut, ada nama-nama fiktif yang dimasukkan dalam arisan tersebut.

Bandar arisan, TA, dinilai melontarkan beragam alasan tak membayar hak anggota arisan, hingga akhirnya korban mendatangi kediamannya.

Bacaan Lainnya

”Arisan yang dibuka TA sebagai bandar ternyata itu arisan bodong atau fiktif, karena nama anggota yang ikut di dalam arisan tersebut adalah nama fiktif yang diduga sengaja dibuat si bandar untuk  menarik anggota lain supaya bergabung,” kata LI, salah satu korban yang merugi sekitar Rp40 juta, Minggu (27/10).

Dia melanjutkan, beragam modus dibuat bandar untuk membuat orang tertarik dan bergabung, termasuk dirinya. Dia tidak menyangka uangnya kini tidak bisa dipertanggungjawabkan bandar arisan tersebut.

Baca Juga :  Komix Herbal Ramaikan Gowes Kemerdekaan 2024

Menurutnya, sejumlah korban lainnya mendesak agar korban diproses secara pidana dan perdata untuk pengembalian kerugian para korban.

Lebih lanjut LI mengatakan, beragam modus dilakukan bandar untuk memperoleh keuntungan. Ada korban yang tertipu dengan meminjamkan akun dan membuat transaksi melalui paylater korban.

”Transaksinya sekitar Rp3 juta per bulan yang juga tidak dibayar TA. Selain itu, TA juga meminjam uang dengan dalih untuk keperluan berobat orang tuanya yang sakit jantung,” ujarnya.

Selain itu, lanjut LI, ada yang dipinjam sementara untuk membayar biaya ekspedisi barang milik TA. Kemudian, uang arisan itu juga dipinjam untuk modal usaha butik TA dengan janji dicicil pokok dan keuntungan dalam jangka waktu tiga bulan.

”Di arisan, TA  selalu menjual arisannya dengan alasan member perlu uang segera, sehingga menjual arisannya. Si pembeli arisan diimingi keuntungan. Misalnya, beli arisan Rp5juta dapatnya Rp6 juta,” katanya.

Apabila pencairan uang arisan lambat, LI mengungkapkan, bandar melontarkan berbagai alasan, di antaranya ada anggota yang tidak mau bayar dan kabur, serta tidak diketahui keberadaannya. Modus itu terungkap ketika sejumlah korban menggeruduk rumah TA dan orang tua TA untuk meminta pertanggungjawabannya.



Pos terkait