Cerita Dua Personel Polda Kalteng Jadi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB

Bertarung dengan Suhu Ekstrem, Ajarkan Mengaji pada Anak-Anak Sudan

PBB
MISI KEMANUSIAAN: Personel Polda Kalteng saat bertugas sebagai Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Sudan, Afrika. (IST/RADAR SAMPIT)

Dua personel Polda Kalteng mendapat misi penting sebagai Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Sudan, Afrika. Banyak pengalaman yang diperoleh selama hampir setahun bertugas. Kepada Radar Sampit, mereka membagikan kisahnya.

DODI, Palangka Raya

Bacaan Lainnya

Setahun silam, tepatnya 5 September 2020, Aipda Fendi Hari Satyawan (41) dan Briptu Octavian Muhammad Sakti (31), mendapat tugas baru. Keduanya terpilih menjadi bagian dari Pasukan Penjaga Perdamaian PBB melalui seleksi ketat yang diselenggarakan SSDM Polri (Gassus) dan Divhubinter Polri di Jakarta.

Keduanya ditempatkan di Sudan, Afrika. Fendi bertugas sebagai Motor Transport Officer (MTO), sementara Octavian menjadi anggota Taktis Peleton Delta.

”Tugas kami adalah misi kemanusian. Tetapi kami juga menyampaikan kepada masyarakat Sudan terkait prorokol kesehatan dalam kondisi pandemi. Kami juga sampaikan bagaimana komitmen Indonesia dalam menegakkan prokes, baik penggunaan masker dan percepatan vaksinasi,” ujarnya.

Baca Juga :  Ada Apa Ini...? Perwira Polres Lamandau Ramai-Ramai Pindah Tugas

Fendi menuturkan, pihaknya membawa nama baik Polda Kalteng, terutama Polri dalam misi internasional. Sebagai salah satu pasukan FPU (Formed Police Unit) terbaik pada misi UN, selain misi perdamaian, mereka juga membawa misi kemanusiaan dan kebudayaan.

Menurut Fendi, mereka bertugas di daerah pegunungan Jabal Marta, tepatnya di daerah Golo. Daerah tersebut daerah paling rawan gangguan kamtibmas. Mereka juga harus bertarung dengan suhu udara yang ekstrem. Siang hari suhu udara bisa mencapai 16 derajat Celcius dan malam sekitar 3 derajat Celcius.

”Kami bergabung dengan pasukan perdamaian dari negara lain, seperti RDF (Rwanda Defense Force) dan China Engineering Army,” katanya.

Selama di Golo, pihaknya melakukan pengawalan UN Staf, distribusi bantuan makanan ke pengungsian, serta kegiatan kemanusiaan lainnya, seperti memberikan bantuan ke masjid, membagikan masker, dan memberikan edukasi protokol kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Lebih lanjut Fendi mengatakan, setelah tujuh bulan bertugas di Golo, tepatnya pada 29 Maret 2021, seluruh pasukan meninggalkan lokasi itu menuju ke Kota El Fasher. Perjalanan berat harus ditempuh, karena melewati pegunungan dengan medan yang ekstrem. Selain itu, harus melewati padang pasir yang luas. Bahayanya lagi, jalan yang mereka lintasi merupakan daerah kekuasaan milisi setempat.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *