Atasi Banjir dalam Kota, Giliran Sungai Mentawa Dikeruk

Normalisasi Sungai
PENGERUKAN: Alat berat diturunkan untuk normalisasi saluran primer Sungai Pamuatan Kecamatan Baamang, Senin (10/6/2024). (YUNI/RADAR SAMPIT)

SAMPIT, radarsampit.com – Normalisasi atau pengerukan menggunakan ekskavator amfibi milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Timur (Kotim) akan kembali dilanjutkan di Sungai Mentawa Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.

“Besok (Selasa), kegiatan pengerukan sudah pindah ke Sungai Mentawa tepatnya di Jalan Kopi Selatan,” kata Kepala UPTD Pemeliharaan Jalan, Drainase dan Pertamanan Slamet Giartono, yang turun langsung mengawasi normalisasi di saluran primer Sungai Pamuatan di sekitar Jalan Sukabangsa, Senin (10/6/2024).

Untuk pengerukan di Sungai Mentawa, pihaknya menargetkan pengerjaan dilakukan kurang lebih sepanjang empat kilometer.

“Di Sungai Mentawa target kami sepanjang empat kilometer dari Jalan Kopi Selatan sampai Jalan Bumi Ayu,” sebutnya.

Pihaknya berharap pengerukan di Sungai Mentawa tidak ada kendala, sehingga petugas dapat memanfaatkan alat dan waktu dengan efektif.

Pasalnya saat mengerjakan normalisasi di saluran primer Sungai Pamuatan Jalan Sukabangsa, sempat terhambat lantaran air pasang dan hujan, sehingga pengerjaan tidak dapat dilanjutkan.

Saat itu, pengerjaan terakhir dilakukan pada 3 Juni lalu. Pihaknya kembali melanjutkan sisa pengerjaan pada Senin (10/6/2024) kemarin setelah debit air sudah mulai berkurang.

Baca Juga :  Gunung Mas Anggarkan Rp3 Miliar untuk Benahi Wisata Batu Mahasur

Dengan kondisi air yang berkurang, pergerakan ekskavator amfibi untuk mengeruk dasar sungai lebih maksimal.

“Yang sudah kami kerjakan kurang lebih sepanjang 3,7 kilometer, dari Jalan Menteng sampai Jalan Sukabangsa. Hari ini (Senin) pengerukan di saluran primer ini sudah selesai,” tuturnya.

Menurutnya, normalisasi di daerah tersebut seharusnya sampai ke muara Pamuatan, namun masih belum dapat dilakukan.

Kendalanya di muara ada sejumlah bangunan warga yang menjorok mengambil badan sungai, sehingga perlu kerja sama dengan seluruh stakeholder terkait dan pengertian masyarakat.

“Belum sampai muara, karena perlu waktu sosialisasi dari kecamatan, kelurahan, RT, RW, kepada warganya. Ada banyak bangunan yang belum dibongkar,” ungkapnya.

Alat berat berupaya ekskavator amfibi terus bergerak mengeruk sungai untuk mengantisipasi banjir yang terjadi di Sampit.



Pos terkait