Belum Ada Penelitian Sahih, IDAI Larang ASI Bubuk

ilustrasi asi
Ilustrasi

JAKARTA, radarsampit.com – Kesadaran masyarakat memberikan air susu ibu (ASI) semakin tinggi. Belakangan, muncul tren mengubah ASI menjadi bubuk atau freeze-dried.

Namun, cara tersebut, menurut Satuan Tugas Ikatan Dokter Anak Indonesia (Satgas IDAI), memiliki banyak risiko.

Bacaan Lainnya
Gowes

Minggu (12/5/2024) Ketua Satgas ASI IDAI dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto SpA(K) menyebut bahwa dampak pengeringan beku pada komponen penting ASI saat ini belum diketahui.

Proses itu disebut dapat mempertahankan struktur molekul susu. Namun, mengingat penggunaan suhu tinggi saat pengeringan untuk menghilangkan kandungan air, freeze-drying berdampak pada rasa dan kualitas ASI.

”Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dried ASI memiliki rasio protein, lemak, dan karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi. Begitu juga zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,” kata Naomi.

Baca Juga :  BPOM Minta 5 Obat Ini Ditarik dari Peredaran

Proses freeze-drying biasanya dilakukan rumahan. Tidak melalui prosedur pasteurisasi yang bertujuan membunuh bakteri berbahaya. Karena itu, risiko kontaminasi tetap menjadi ancaman. Khususnya pada saat penambahan air pada bubuk freeze-dried ASI sebelum dikonsumsi bayi.

Lebih lanjut, Naomi menjelaskan, metode freeze-drying ASI dianggap berpotensi meringkas ruang penyimpanan dan mungkin lebih praktis untuk pemberian ASI saat bayi tidak bersama ibu.

Namun, dia mengingatkan metode ini adalah temuan yang relatif masih sangat baru dan belum lengkap pembuktian melalui riset ilmiah sehingga belum ada aturan atau rekomendasi penggunaannya oleh organisasi kesehatan internasional.

”Satgas ASI IDAI memperingatkan kepada semua pihak agar tidak gegabah mempromosikan atau memberikan freeze-dried ASI kepada bayi, apalagi bayi dengan kondisi medis tertentu seperti prematur atau bayi yang mengalami gangguan kekebalan tubuh atau penyakit kronis,” tuturnya.

IDAI tetap merekomendasikan menyusui langsung dari payudara ibu agar dapat terjalin kontak erat antara ibu dan bayi. Bayi juga merasa aman. Jadi, memberikan ASI tidak sekadar memberi makan anak.



Pos terkait