Dua Kelompok Nyaris Bentrok: Jangan Ada yang Jadi Pahlawan Kesiangan

nyaris bentrok
NYARIS BENTROK: Dua kelompok massa nyaris bentrok di Desa Sei Ubar, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Rabu (7/9). (RADO/RADAR SAMPIT)

SAMPIT, radarsampit.com – Dua kelompok masyarakat di Desa Sei Ubar, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) nyaris bentrok. Masalah itu dipicu konflik antara kelompok Toni Cs yang menduduki lahan Koperasi Citra Keruing. Mereka mempertanyakan areal plasma mereka kepada perusahaan.

Akan tetapi, sejumlah koperasi lainnya yang bermitra dengan PT WNL itu juga menurunkan massa sekitar seribu orang. Kedua kelompok itu bertemu di satu titik. Dua kubu hanya dipisahkan parit besar. Perdebatan antara kedua kubu kian panas. Pernyataan emosional serta teriakan provokasi riuh terdengar di lokasi yang dikawal ketat aparat kepolisian dan TNI tersebut.

Bacaan Lainnya

Ketua Koperasi Harapan Abadi, induk koperasi, Murnelis, mengatakan, dirinya bertanggung jawab atas persoalan koperasi. Bahkan, jika ada persoalan agar bisa diselesaikan dengan duduk bersama, bukan dengan cara-cara melakukan aksi atau tindakan melanggar hukum.

Penegasan itu disampaikan Murnelis menyikapi aksi sejumlah warga Desa Ubar Mandiri yang dikoordinir Toni, Yasin, dan Amer Husin di areal plasma di wilayah Kecamatan Cempaga Hulu tersebut.

Baca Juga :  Ekspor Minyak Goreng Dibuka, Petani Berharap Harga Sawit Membaik

”Kalian benturkan koperasi dengan masyarakat. Jangan ada yang jadi pahlawan kesiangan,” ujar Murnelis.

Murnelis ingin keberadaan koperasi plasma tidak hanya dinikmati saat ini saja, tetapi sampai anak cucu nanti. Bahkan, pihaknya siap mengakomodir masyarakat yang sebelumnya sudah menjual kartu plasmanya.

”Saya ingin akomodir semua masyarakat dan saat ini sudah ada tim untuk itu. Langkah ini yang harusnya kalian dukung,” tegasnya.

Murnelis mengatakan, pihaknya sudah mengembalikan sejumlah kartu plasma masyarakat yang sudah terjual. Jika masih ada yang belum menerima, hal itu masih dalam proses.

”Kurang apa lagi koperasi dan perusahaan selama ini? Saya akui, sudah kami keluarkan dana Rp 10 miliar dan itu kami menebus kartu yang sudah terjual,” tegasnya.

Menurutnya, dana itu belum bisa menyelesaikan masalah secara keseluruhan, sehingga harus bertahap. Dia juga mengklarifikasi mengapa saat mediasi di kecamatan tidak hadir. Hal itu lantaran langkah tersebut dianggap tidak tepat.



Pos terkait