Karhutla Faktor Sengaja, Cegah Perangai Pemicu Bencana

Pemkab Kotim Gelontorkan Rp7 Miliar Tangani Karhutla

karhutla sampit
PADAM: Petugas pemadam berjibaku mengendalikan api yang membakar lahan di Jalan Pramuka, Sampit, Rabu (4/1). (IST/RADAR SAMPIT)

Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia akan mengalami El Nino pada 2023. Fenomena ini menyebabkan kemarau panjang atau mundurnya musim penghujan. Indikasi ini mengacu pada tiga tahun berturut-turut terjadinya La Nina di Indonesia.

Dampak fenomena tersebut adalah meningkatnya potensi karhutla. Luasan lahan yang terbakar bisa lebih besar dibanding 2020 dang 2021. Hal tersebut disebabkan cuaca cenderung kering dan panas.

Bacaan Lainnya

”Kita perlu waspadai potensi karhutla yang lebih besar dibanding 2020 – 2021. Kalau ditanya kekeringannya merata atau tidak, yang perlu diwaspadai daerah yang menjadi titik karhutla, di antaranya Sumatera dan Kalimantan,” kata Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Supari, beberapa waktu lalu.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sebelumnya juga telah mengingatkan, sejumlah daerah perlu mewaspadai curah hujan di bawah normal yang dapat memicu kekeringan dan berdampak karhutla. Wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan dan kebakaran lahan dan hutan selama periode kemarau normal tahun ini umumnya terjadi di Riau, Sumatera Selatan, dan sebagian Kalimantan.

Baca Juga :  Jangan Menunggu Punah, Pengiriman Batasan Ukuran Ikan Channa Marulioides Perlu Diatur

”Semua pihak juga perlu mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan di tahun 2023 yang lebih tinggi dibandingkan tahun 2020, 2021, maupun 2022 yang kemaraunya bersifat basah,” katanya. (hgn/ign)



Pos terkait