Kotim Bangun Rumah Betang Terbesar di Jalan Lingkar, Tugu Perdamaian Bakal Dipindah

ilustrasi rumah betang
Ilustrasi rumah betang. (M Faisal/Radar Sampit)

SAMPIT, radarsampit.com – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) akan membangun rumah betang terbesar di Kalimantan Tengah. Dana sebesar Rp6 miliar digelontorkan untuk tahap awal pembangunan pada 2023, terutama untuk pembiayaan lahan dengan lokasi di jalan lingkar utara Kota Sampit.

Anggaran untuk pembangunan tersebut telah disetujui DPRD Kotim dalam pembahasan APBD 2023 yang dituangkan dalam Perda APBD Kotim. ”Tanah itu berlokasi di jalan lingkar utara, berdekatan dengan rencana pembangunan Kantor Polres dan Kejaksaan,” kata Ramdansyah, salah satu anggota Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang membahas program pembangunan rumah betang tersebut, Selasa (29/11).

Bacaan Lainnya

Ramadan melanjutkan, Bupati Kotim Halikinnor memiliki komitmen untuk membangun rumah betang besar di pusat Kota Sampit. Dia ingin rumah adat suku Dayak itu menjadi ikon daerah. Apalagi rumah betang merupakan kebanggan masyarakat Kotim. Hal itu terlihat dari tingginya antusiasme wisatawan yang ingin melihat Rumah Betang Tumbang Gagu di Kecamatan Antang Kalang.

Baca Juga :  Harga Elpiji Subsidi di Sampit Selalu Lebihi HET

Menurut Ramadan, Halikinnor memiliki mimpi untuk menjadikan rumah betang itu sebagai wadah pemersatu keberagaman masyarakat Kotim. ”Sehingga semua kegiatan akbar nantinya akan dilaksanakan di kawasan rumah betang yang dibangun pemerintah daerah ini,” katanya.

Ramadan melanjutkan, bentuk rumah yang akan dibangun sama seperti rumah betang umumnya. Namun, di bagian dalam yang akan dijadikan tempat pertemuan, rencananya akan memasukkan unsur budaya masyarakat suku lainnya. Oleh karena itu, rumah betang tersebut mengusung tema Bhinneka Tunggal Ika.

Menyiasati sulitnya mendapatkan kayu ulin berukuran besar untuk pembangunan betang tersebut, konstruksinya akan diganti dengan beton. Beton tersebut bakal didesain dengan menarik, mirip kayu ulin umumnya.

”Untuk bentuknya bisa saja kami minta pendapat masyarakat ataupun tokoh adat untuk memberi masukan. Saya ingin betang itu mengusung Bhinneka Tunggal Ika. Bukan hanya untuk orang Dayak saja, tetapi untuk semua,” ujar Halikinnor, beberapa waktu lalu.



Pos terkait