“Menengok sejarah, PSHT juga menjadi bagian dari perjuangan melawan penjajah, dan hingga kini PSHT masih eksis berkembang memberikan manfaat bagi semua orang,” tutur Anang Dirjo.
Sementara Gus Miftah dalam tausiahnya memberikan banyak petuah kepada para jamaah dan kepada para warga PSHT. Ia berharap pendekar PSHT dapat meniru sifat tanah. Filosofinya tanah selalu merendah, tidak marah meski diinjak, tidak pernah berontak. Tetapi tanah semakin lama akan semakin bernilai harganya.
Ia juga meminta agar para pendekar dapat mengedepankan rasa toleransi meskipun berbeda organisasi, kelompok, suku, agama atau perbedaan pendapat.
“Apapun organisasinya, apapun perguruannya, apapun suku dan agamanya mari kita sama-sama mengedepankan rasa toleransi dan saling menghormati,” pungkasnya.
Pantauan di lapangan, para jamaah tampak antusias mendengarkan ceramah, meski sempat rintik hujan turun namun jamaah tak beranjak dari tempat duduknya. (sam/sla)