Ultimatum tersebut diabaikan oleh pemimpin perjuangan dan masyarakat Surabaya, yang memicu serangan besar-besaran dari pasukan Inggris dari darat, laut, dan udara. Serangan ini menjadi awal dari pertempuran sengit yang berlangsung hampir tiga minggu.
Pertempuran tersebut merupakan yang terbesar dan paling berdarah dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia. Ribuan jiwa melayang dalam pertempuran yang membakar semangat rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan.
Sekitar 20 ribu penduduk Surabaya gugur, dan sekitar 1.600 tentara Inggris mengalami korban jiwa, hilang, atau terluka. Kota Surabaya pun mengalami kerusakan hebat, dan banyak warga sipil menjadi korban.
Salah satu tokoh yang memainkan peran penting dalam memotivasi rakyat Surabaya adalah Bung Tomo. Melalui siaran radio, Bung Tomo membangkitkan semangat juang rakyat dengan seruan yang menggugah.
Selain Bung Tomo, tokoh agama seperti KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah juga turut berkontribusi dengan menggerakkan para santri dan masyarakat untuk ikut serta dalam perlawanan.
Makna Hari Pahlawan
Pengorbanan besar yang dilakukan oleh para pejuang dan rakyat Surabaya membuat kota ini dikenal sebagai “Kota Pahlawan”. Hari Pahlawan 10 November menjadi pengingat akan keberanian dan semangat juang tanpa kenal lelah yang ditunjukkan oleh para pahlawan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Hari Pahlawan bukan sekadar peringatan, tetapi juga refleksi atas perjuangan para pendahulu. Nilai-nilai keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air yang tercermin dalam pertempuran Surabaya menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk terus menjaga kedaulatan dan persatuan bangsa.
Melalui peringatan ini, diharapkan masyarakat Indonesia terus menghayati semangat juang dan menghargai jasa para pahlawan yang telah mempertaruhkan nyawa demi kemerdekaan. (*)