SAMPIT, RadarSampit.com – Drainase di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), dinilai perlu pembenahan lagi. Pasalnya, saluran air yang ada belum maksimal mencegah banjir dadakan saat curah hujan tinggi seperti yang terjadi selama dua hari terakhir. Akibatnya, sebagian rumah warga terendam.
”Itu terjadi karena drainase tidak optimal. Beberapa hari ini intensitas dan curan hujan di Kota Sampit sangat tinggi. Akan tetapi, drainasen kecil, bahkan yang besar pun tidak berpengaruh signifikan (mencegah banjir dadakan, Red),” kata anggota Komisi IV DPRD Kotim Kurniawan, Senin (9/5).
Kurniawan mendesak keseriusan satuan organisasi perangkat daerah (SOPD) terkait untuk mengatasi masalah tersebut. ”Kami mempertanyakan keseriusan pihak terkait terhadap kejadian ini. Sudah banyak dampak negatif dengan terjadinya keadaan seperti ini (banjir dadakan, Red). Dari materil hingga lainnya,” ujarnya.
Politikus PAN Kotim ini menuturkan, alur sungai di samping Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kotim belum pernah dinormalisasi. Padahal, sungai itu dinilai berperan penting untuk menampung air dalam jumlah besar ketika curah hujan tinggi.
”Dinas PUPR sudah harus melakukan inovasi. Jangan menunggu musibah tambah besar dan berlarut-larut. Harus punya terobosan untuk urusan banjir seperti ini,” katanya.
Sementara itu, hujan yang terjadi sejak Minggu (8/5) sore hingga Senin (9/5) pagi membuat sejumlah kawasan terendam air, seperti di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Kecamatan Baamang. Di antaranya, Jalan Cristhopel Mihing dan Walter Coendrad.
Kepala BPBD Kotim Rihel mengatakan, curah hujan bulan ini cenderung meningkat. Hal yang perlu diwaspadai adalah banjir kiriman dari wilayah hulu.
”Yang perlu diwaspadai di daerah hulu. Langganan daerah yang banjir bisa kembali terjadi jika curah hujan terus-terusan begini,” ujar Rihel.
Dia mengingatkan agar masyarakat yang tinggal di wilayah itu mewaspadainya. Selain itu, BPBD juga akan siaga menghadapi kemungkinan banjir. Mengenai banjir dadakan yang terjadi di wilayah kota, menurutnya, kemungkinan disebabkan penurunan ketinggian permukaan tanah dan drainase yang mampet.