”Jika tetap bertahan, anak tersebut juga tidak memiliki nilai semester ganjil, sementara salah satu persyaratan kelulusan adalah memiliki nilai dari semester 1 hingga 6 dan sekarang sudah tidak ada lagi ujian sekolah dan ujian nasional, sehingga penilaian harian selama menempuh pendidikan sangat penting,” tegasnya.
Dia menyarankan siswa tersebut menempuh Paket C jika tidak ingin sekolah formal, karena Paket C statusnya setara ijazah SMA pada umumnya. Tetap diterima perguruan tinggi maupun dunia kerja.
”Memang ada anak-anak yang tidak sanggup atau karena kendala tertentu tidak bisa ikut belajar di sekolah formal. Maka paket C jadi solusi,” ungkapnya.
Dia menegaskan, sebelum diterima sebagai siswa di SMA 1, semua telah mengetahui dan membuat pernyataan bahwa ada tata tertib sekolah yang wajib dipatuhi semua warga sekolah. Salah satunya, jika 3 kali alpa tanpa keterangan orang tua, siswa akan dipanggil.
Apabila siswa lebih dari 10 kali tanpa keterangan dalam satu semester, akan dikembalikan ke orang tuanya. ”Nah, yang bersangkutan dalam semester ganjil tadi saja sudah lebih dari 20 kali tanpa keterangan. Kami juga sudah melakukan pembinaan dan toleransi kelonggaran. Yang bersangkutan juga membuat pernyataan siap mengundurkan diri jika masih mengulangi kesalahannya. Tapi, tetap tidak ada perubahan,” katanya.
Akibatnya, banyak materi pelajaran yang tertinggal dan tidak memiliki nilai di semester ganjil. Hal ini dikeluhkan hampir semua guru mata pelajaran.
”Kalau dibiarkan akan menjadi contoh bagi siswa lain, bahwa kami melakukan pembiaran terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Kami tidak ingin siswa putus sekolah. Namun, kami telah berupaya semaksimal mungkin. Kalau memang jadi kesalahan kami, kami siap menerima risikonya,” tegasnya. (mex/ign)