Antrean Elpiji Memantik Emosi, Akibat Gagalnya Urus Distribusi dan Pembiaran Permainan Subsidi

elpiji subsidi
BERBURU ELPIJI: Warga ramai-ramai mendatangi Pasar eks Mentaya Teater yang menyediakan gas elpiji 3 kg dengan harga murah, Senin (17/10). (HENY/RADAR SAMPIT)

Emosi warga semakin meluap ketika petugas dari agen PT Haji Asmuni Nasri menyatakan tabung yang tersedia sudah habis. Petugas dari DPC Hiswana Migas memberitahukan akan mendatangkan gas elpiji lagi siangnya.

Ada warga yang tak menyerah menunggu, sambil melontarkan ucapan penuh amarah. Rata-rata warga mengeluh karena meninggalkan rutinitas mereka demi mendapatkan tabung gas elpiji dengan harga murah.

Bacaan Lainnya

Sekitar pukul 11.00 WIB, mobil truk dari PT Altana Putra Mentaya berisi ratusan tabung elpiji. Warga yang tadinya melonggarkan antrean, kembali berdesak-desakan. Mengambil posisi terdepan, berharap cepat dilayani setelah penantian panjang.

Satu per satu tabung gas elpiji 3 kg diturunkan dari bak truk oleh dua petugas berpakaian hijau. Tiga petugas lainnya siap menunggu memegang kertas untuk mendata.

Setiap warga yang membeli diwajibkan membawa KTP untuk mengecek bahwa elpiji yang diberikan hanya untuk warga Sampit. Warga juga diminta membayar uang pas agar petugas tak kerepotan mencari uang kembalian.

Baca Juga :  Areal Pemakaman Kristen Dirusak 

Setiap warga yang didata berhak mendapatkan kupon, lalu menuju arah petugas dekat mobil truk untuk menukarkan tabung kosong dengan tabung yang sudah berisi.

Warga yang kelelahan menunggu sampai menyeret tabung di lantai. Suara itu terus terdengar sepanjang antrean. Warga yang tadinya teriak, akhirnya mulai tenang setelah mereka dilayani.

Suhay, warga Kelurahan Baamang berkali-kali menyarankan petugas agar membuka dua antrean. Namun, sarannya tak dihiraukan. ”Alasannya karena agen yang berbeda. Kami sebagai masyarakat tidak peduli dari mana agennya. Terpenting masyarakat terlayani. Saya sarankan buka dua jalur antrean, petugas tidak mau mendengar pendapat,” ujarnya.

Dia juga kecewa dengan keberadaan petugas yang tak menertibkan warga, hanya memantau teriakan dan keluhan yang silih berganti.

Leha warga Baamang Tengah mengaku terpaksa mengantre karena tak sanggup membeli gas elpiji di sekitar rumahnya yang mencapai Rp 45 ribu per tabung.

”Di Jalan Kenan Sandan, sekitar Baamang sana harganya mahal sekali, sampai Rp 45 ribu. Makanya sampai mau ngantre ke sini, karena selisihnya lumayan,” ujarnya.



Pos terkait