Alhasil, ”raksasa jalanan” kembali ramai-ramai melenggang dalam perkotaan. Trafiknya kian tinggi.
Upaya Dinas Perhubungan Kotim mengimbau, melarang, hingga menjaga agar truk tak masuk kota selalu sia-sia. Truk masih bebas melenggang ketika tak ada petugas jaga di titik masuk kota.
Fasilitas Rusak
Tingginya lalu lintas truk berdampak buruk. Selain merusak jalan, tak jarang truk mengalami kecelakaan tunggal, terperosok akibat ukurannya yang besar dan berat.
Kondisi itu membuat fasilitas pemerintahan dan publik rusak. Perumdam Tirta Mentaya Kotim dibuat kerepotan, karena beberapa kali kejadian itu membuat pipa rusak.
Pelanggan air minum menjadi korban. Selain aliran yang macet, kualitas air memburuk karena bercampur lumpur. Perlu lebih sehari sampai kondisi itu normal kembali.
Lalu lintas truk yang menyebabkan fasilitas rusak paling disorot pernah terjadi 12 Juli 2024 lalu.
Sebuah truk mengangkut alat berat menabrak tiang traffic light di persimpangan Jalan Pelita – Jalan HM Arsyad. Kerugian akibat kejadian itu mencapai sekitar Rp300 juta lebih.
Meski perusahaan akhirnya bertanggung jawab, kejadian itu tak lepas dari tingginya lalu lintas truk di jalanan Kota Sampit akibat belum beresnya jalur lingkar selatan. (*)