Harga Ayam Ras Jadi Pemicu Inflasi

Harga Ayam Ras Jadi Pemicu Inflasi
PEDAGANG : Pedagang ayam saat melayani permintaan pembeli.(HENY/ RADAR SAMPIT)

PALANGKA RAYA – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mencatat, inflasi yang terjadi di provinsi ini pada bulan Mei lalu mencapai 0,43 persen. Komoditas ayam ras dianggap menjadi pemicu utama inflasi tersebut, yang mencapai 0,6 persen.

Dijelaskan Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro menjelaskan, dari pendataan pihaknya setidaknya ada 10 item yang memicu inflasi di provinsi ini. Kelompok komiditas bahan makanan sangat mendominasi dalam memengaruhi indeks kenaikan harga pada bulan Mei kemarin.

Bacaan Lainnya
Pasang Iklan

“Memang bahan makanan ini mendominasi, tapi ada juga faktor lainnya. Seperti hanya di Palangka Raya,dimana tarif angkutan udara juga berpengaruh signifikan terhadap perubahan indeks harga,” katanya, Sabtu kemarin kepada media ini.

Menurut Eko, jika melihat perkembangan harga di dua kota acuan perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK), yakni Palangka Raya dan Sampit, komoditas ayam ras nampak sangat mendominasi hingga menjadi penyebab infasi di dua kota tersebut. DIpaparkannya, inflasi yang terjadi di Palangka Raya pada Mei kemarin tercatat sebesar 0,45 persen, sedangkan Sampit sebesar 0,40 persen. Dari perhitungan tersebut, komponen bahan makanan mendominasi andil terhadap peningkatan nilai indeks harga, yakni di Palangka Raya sebsar  0,30 persen dan Sampit 0,31 persen.

Baca Juga :  Elpiji 3 Kg Picu Inflasi, Ini Permintaan Gubernur Kalteng

“Kelompok bahan makanan masih mendominasi peningkatan indeks harga, baik di Palangka raya maupun Sampit, terutama komoditas daging ayam ras yang memberikan andil terbesar penyebab terjadinya inflasi,” ucapnya.

Untuk itu, perlu upaya mengendalikan permintaan dan harga khususnya untuk komoditas aya ras. Hal ini tidak semata menghindari kenaikan inflasi, namun bagaimana upaya menyeimbangan ketersediaan komoditas tersebut dengan permintaan masyarakat yang sewaktu-waktu bisa mengalami kenaikan.

“Jadi soal inflasi ini tidak hanya mengenai pengendaliannya, tapi bagaimana hal tersebut berkaitan dengan keberadaan komoditas guna memenuhi kebutuhan masyarakat,” tandas Eko. (sho/gus)



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *