Harga Daging Babi Ikut Memicu Inflasi

Badan Pusat Statistik Provinsi Kalteng
Salah satu Peternak sekaligus Pedagang Daging Babi di Pasar Kahayan Isma, memperlihatkan daging babi yang ia jual, dan harganya kini mencapai Rp 120 ribu per kilogram.(dodi/radarpalangka)

PALANGKA RAYA, RadarSampit.com – Badan Pusat Statistik Provinsi Kalteng menyatakan,  Indeks Harga Konsumen Provinsi Kalimantan Tengah Juni 2022, Palangka Raya mengalami inflasi sebesar 0,87 persen dan Sampit mengalami inflasi sebesar 0,89 persen.

Diungkapkan pula, salah satu faktor pendorong inflasi itu adalah kenaikan harga daging babi. Tak tanggung-tanggung, di Palangka Raya harga daging hewan berkaki pendek itu per kilogram kini mencapai Rp 120 ribu. Biasanya harga daging tersebut hanya RP 65 ribu perkilogram.

Salah satu peternak sekaligus Pedagang Daging Babi di Pasar Kahayan Isma kepada Radar Sampit mengungkapkan, sejak Februari lalu dan hingga sekarang, harga daging babu sudah mencapai Rp 120 ribu per kilogram.

“Diduga karena flu Afrika.Sebelum itu harga daging babi Rp 65ribu  per kilogram. Dan sekarang Rp 120 ribu perkilogram. Daging Babi hutan Rp 90 ribu per kilogram, biasanya Rp 50ribu perkilogram. Kenaikan lantaran banyak peminatnya. Naik harga mulai 3 Februari lalu, dari awal Rp 65 ribu, lalu Rp 70 ribu, Rp 85 ribu hingga sekarang Rp 120 ribu,” ujarnya.

Baca Juga :  Sabu dari Dua Komplotan Dimusnahkan

Isma juga mengungkapkan, banyak hewan ternak babi mati lantaran diduga terserang virus Afrika. Ternaknya pun banyak mati. Kemudian yang sempat dijual maka dijual dan yang tak sempat,  maka dikubur. Kenaikan itu juga memicu stoknya jadi tidak banyak.

“Kami mengambil babi di Kalsel dan Kalbar. Andai ada di Palangka Raya harganya mahal.  Mengambilnya dari Pontianak dan Banjarmasin itu ada ongkos angkut.  Belum lagi resiko mati di tengah jalan. Kami menjual babi sehat,” ungkapnya.

Isma mengakui, memang ada pasokan babi dari Sampit dan Pangkalan Bun. Namun sekarang ini banyak kosong, seperti di pasar bawah PU, Pasar mini, Pasar Kahayan, dan di lokasi-lokasi lain.

“Daging babinya dikonsumsi rumah tangga dan jualan.  Jujur omset menurun lantaran kenaikan daging babi, Makanya jangan kita malah dapat lebih, tetapi malah sebaliknya. Kami pedagang malah berharap harga stabil, pemasukan juga stabil. Mending harga kaya dulu, saat ini daging babi harganya hampir kaya daging sapi,” keluhnya.



Pos terkait