Kisah Para Pendaki yang Berpapasan dengan Maut saat Erupsi Gunung Berapi

Ngesot ke Bawah di Sela Hujan Batu Panas

evakuasi
TEWAS: Evakuasi korban erupsi Gunung Marapi mengikutsertakan masyarakat setempat.  (Istimewa)

Muhammad Ridho tidak akan pernah bisa melupakan pendakian gunung pertamanya. Pemuda 21 tahun itu selamat dari erupsi Gunung Marapi pada 3 Desember lalu. Kepada wartawan Padang Ekspres, Rian Afdol, dia menceritakan pengalaman yang nyaris merenggut nyawanya itu.

Ridho dan enam rekannya sedang menuruni lereng Marapi ketika letusan dahsyat memekakkan telinga mereka. Pukul 15.00 hari itu, mereka dalam perjalanan menuju cadas setelah meninggalkan Tugu Abel Tasman. ’’Erupsi itu terjadi secara tiba-tiba, tidak ada tanda-tanda. Letusan langsung merupakan letusan yang besar,’’ ungkapnya saat ditemui di ruang rawat inap RSAM Bukittinggi pada Kamis (7/12/2023).

Bacaan Lainnya

Panik, Ridho dan kelompoknya spontan lari menyelamatkan diri. Tujuan mereka hanya satu: ke bawah. ’’Kami berjarak sekitar 40 meter dari pusat kawah. Saat itu, ada sekitar 20 pendaki lain yang posisinya dekat dengan kami,’’ lanjutnya.

Dia mengatakan, suasana saat itu langsung kacau. Semua pendaki bergegas turun. ’’Letusan itu disusul hujan batu panas. Setelah itu, abu vulkanis menyembur dan bau belerangnya sangat tajam. Sekitar kami terasa sangat panas. Saya pikir, saya akan mati saat itu,’’ cerita Ridho.

Baca Juga :  Pastikan Persiapan, Wabup Kotim Pimpin Cek Lokasi Lomba Balap Ces

Semburan material dari perut Marapi itu membuat Ridho dan kelompoknya serta 20-an pendaki lain yang tadinya berlari dalam rombongan terpecah. Ridho dan dua rekannya terpisah dari kelompok. Salah seorang di antaranya mengalami patah kaki akibat terjatuh saat berlari. Semua dicekam ketakutan. Apalagi, semburan abu dan hujan batu panas tak kunjung berhenti.

’’Saya terus berlari turun. Jatuh, terpental, tapi saya terus menuju ke bawah sambil merangkak dan ngesot. Saya tidak tahu pasti keadaan kaki saya. Saya mencoba berdiri, tapi tidak bisa,’’ paparnya.

Dalam posisi ngesot itu, Ridho mencapai area yang terbuka. Celaka. Tidak ada yang bisa melindunginya dari deraan batu panas. ’’Saya coba menghindari batu, tetap tidak bisa. Jumlahnya terlalu banyak dan tidak terlihat,’’ katanya. Kepala Ridho sempat tersambar batu panas yang dimuntahkan Marapi.



Pos terkait