Cindy, salah seorang peserta aksi, mengungkapkan, demonstrasi tersebut merupakan bentuk protes atas upaya DPR yang berusaha menelikung putusan MK yang bersifat final dan mengikat.
”Datang ke sini karena prihatin ya dengan kondisi Indonesia hari ini yang mana ada upaya-upaya untuk melanggengkan kekuasaan dari pihak-pihak tertentu,” ucapnya.
Merasa Dicurangi
Di Jakarta, aksi turun ke jalan juga masih terjadi. Kali ini titiknya berada di depan kantor KPU. Selain mahasiswa, terlihat berbagai golongan masyarakat yang hadir. Mulai pengusaha, karyawan, freelancer, hingga siswa SMA.
Balya dan Mussel adalah teman sejak SMP. Kali ini mereka tidak hang out di mal atau kafe seperti biasanya. Mereka turun ke jalan untuk menyuarakan keresahan. Saya sengaja ambil cuti dan beruntungnya kantor tidak tanya cuti untuk apa, kata Balya, karyawan sebuah perusahaan swasta.
Pria 25 tahun itu merasa dicurangi dengan upaya mengkhianati putusan MK yang seharusnya final dan mengikat. Akal-akalan DPR, kongkalikong Jokowi. Ada usaha untuk menaruh orang-orang kenalan dia di pemerintahan. Kita diajari sejak SD kalau itu nepotisme, cetusnya.
Balya menambahkan, yang membuat geram, upaya nepotisme tersebut tidak malu-malu dilakukan di depan mata rakyat. Dengan berapi-api Mussel menambahkan bahwa aksi itu merupakan akumulasi kekesalan mereka.
Mereka merasa dicurangi sejak MK mengubah aturan yang memungkinkan Gibran Rakabuming Raka maju mendampingi Prabowo Subianto sebagai calon wakil presiden. Lalu sikap DPR yang berusaha menganulir putusan MK yang diduga untuk memuluskan jalan Kaesang Pangarep bisa maju di pemilihan gubernur.
”Orang-orang di luar sana susah cari kerja, sementara ini kok gampang banget lewat jalur bapak, kata perempuan yang merupakan freelancer di bidang seni tersebut. Lalu suara masyarakat untuk apa kalau prosesnya curang?” tambah Balya.
Di tengah-tengah lautan manusia di depan kantor KPU, Dimas Subagio terlihat necis. Dia mengenakan setelan jas lengkap dengan dasi. Dia membawa poster besar berwarna biru dengan gambar tikus dan bertulisan Stop Merusak Demokrasi. Tampilan Dimas yang berbeda dengan massa aksi pun mendapat perhatian. ”Saya datang dengan ibu,” katanya.