Melihat dari Dekat Mobil Listrik Buatan Mahasiswa Universitas Palangka Raya

Bukan untuk Komersil, Bakal Diikutkan dalam Kontes Mobil Hemat Energi

mobil listrik UPR
MASIH PENYEMPURNAAN: Sejumlah mahasiswa tampak sibuk mengerjakan prototipe mobil listrik, Selasa (7/5/2024). (SABRIANOOR/RADAR SAMPIT)

Generasi muda di Palangka Raya membuktikan diri mampu menghasilkan karya mengesankan. Sebuah mobil listrik berhasil dikembangkan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Universitas Palangka Raya.

SABRIANOOR, Palangka Raya | radarsampit.com

Bacaan Lainnya

Sejumlah mahasiswa tampak sibuk saat Radar Sampit menyambangi bengkel Prodi Teknik Mesin UPR, Selasa (7/5/2024). Mereka tengah mengerjakan penyempurnaan tahap pertama prototipe mobil listrik.

Prototipe mobil listrik yang dikembangkan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Program Studi Pendidikan Teknik Mesin itu melibatkan 13 mahasiswa. Hasil karya itu rencananya akan diikutkan dalam Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) tahun ini di Jakarta.

Mobil listrik yang diberi nama Isen Mulang 01 itu berdimensi lebar 134 cm, tinggi 110 cm, dan panjang 257 cm. Mobil diformulasikan dengan mesin Dinamo BLDC 48 volt 350 Watt.

Di dalamnya menyediakan ruang daya baterai berkapasitas 48 volt dan 34 ampere. Hasil uji sementara, mobil itu mampu melaju dengan kecepatan 30 km/jam dan melepaskan energi setara 350 joule/second.

Baca Juga :  Rasa Haru dan Bangga Antar Prajurit Menuju Papua

Harie S Jaya selaku koordinator menjelaskan, rancangan prototipe mobil listrik didesain seaerodinamis mungkin. Hal itu untuk mengurangi hambatan udara. Bentuk desain mobil dikonsep dan disimulasikan menggunakan software ansys fluent.

”Target yang ingin kami capai untuk Mobil Isen Mulang 01 adalah mampu menempuh jarak lebih dari 115 km/kilowatt yang merupakan capaian salah satu pemenang pada lomba Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2023,” kata dosen bergelar doktor ini, Selasa (7/5/2024).

Dia menjelaskan, KMHE memiliki aturan terkait ketentuan keikutsertaan prototipe. Termasuk setiap peralatan yang digunakan pada mobil listrik. Setiap bagian prototipe harus dirakit dan diproduksi sendiri oleh mahasiswa.

”Contohnya body mobil yang kami cetak sendiri menggunakan fiberglass. Demikian juga dengan rangka dan sistem suspensi. Mahasiswa rakit sendiri sesuai kemampuan mereka,” jelas Harie.

Pengerjaan mobil listrik itu memakan waktu satu bulan lebih dengan biaya sekitar Rp90 juta yang berasal dari BOPTN UPR. Menurut Harie, biaya sebesar itu bukan untuk penyediaan bahan baku semata, namun mencakup biaya riset  maupun pengujian.



Pos terkait