Pemeriksaan Visa Nonhaji Ketat, Jemaah Indonesia Diwajibkan Bawa Pengenal 

jemaah haji kotim
IBADAH HAJI: Jemaah haji Kotim antre menuju Raudhah, Rabu (22/5/2024) pagi, waktu Arab Saudi. (ISTIMEWA/RADAR SAMPIT)

MAKKAH, radarsampit.com – Jemaah haji Indonesia diminta untuk terus membawa identitas pengenal sebagai jemaah haji selama di Tanah Suci.

Baik itu berupa kartu dan gelang identitas, paspor, visa haji, maupun pengenal diri lainnya ketika ke luar hotel atau ke Masjidilharam.

Bacaan Lainnya
Gowes

Itu menyusul pengetatan pemeriksaan terhadap jemaah oleh aparat Arab Saudi untuk mengidentifikasi jemaah yang menggunakan visa nonhaji.

“Aparat Saudi saat ini sedang mengintensifkan pemeriksaan dan penjagaan ketat akses masuk Kota Makkah dan wilayah Armuzna,” ujar anggota Media Center Kementerian Agama (Kemenag) Widi Dwinanda dalam keterangan resmi Kemenag Jumat (7/6/2024).

Selain itu, lanjut dia, tahun ini Saudi juga menerbitkan kebijakan bagi seluruh jemaah haji. Yakni, wajib memiliki smart card. Nanti smart card digunakan sebagai salah satu akses masuk Armuzna (Arafah Muzdalifah Mina).

Pemerintah Saudi, lanjut dia, telah menyiapkan sanksi berat bagi para pihak yang melanggar. Oleh karena itu, jemaah diimbau untuk menyimpan dengan baik smart card tersebut.

Baca Juga :  Beri Teguran Keras ke Meta, Kemenkominfo Hapus 425 Ribu Konten Judi Online

“Lalu, segera lapor ke petugas sektor bila smart card miliknya hilang untuk segera dilakukan penggantian,” sambungnya.

Di sisi lain, jelang puncak haji, PPIH (panitia penyelenggara ibadah haji) telah melakukan persiapan pelaksanaan safari wukuf jemaah di Arafah.

Persiapan melibatkan para petugas layanan lansia, penyandang disabilitas, tim penanganan krisis dan pertolongan pertama pada jemaah haji (PKP3JH), dan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Program safari wukuf itu pun secara-menerus disosialisasikan ke hotel-hotel tempat jemaah menginap.

Selain itu, kata dia, PPIH mengalokasikan 300 kuota bagi jemaah lansia yang tidak mampu melaksanakan wukuf di Arafah. Kuota tersebut dibuat dengan pertimbangan jumlah petugas yang akan membersamai jemaah yang disafariwukufkan.

Nanti satu petugas mengurus lima jemaah lansia nonmandiri, termasuk memandikan, menyuapi, dan menyiapkan kebutuhan individu lansia lainnya.

“Mekanisme pendorongan jemaah safari wukuf dilakukan pada 9 Zulhijah pagi. Jemaah lansia di hotel transit dibawa dengan 10 bus menuju Arafah,” paparnya.



Pos terkait