Sepenggal Cerita Dibalik Megahnya Ikon Palangka Raya

"Kalau Iingin Makan Soto Lamongan, ya ke Jembatan Kahayan"

jembatan kahayan
KULINER: Kawasan kuliner di bawah Jembatan Kahayan, Kota Palangka Raya. Di lokasi itu dapat ditemui sejumlah penjual Soto Lamongan. (Dodi/Radar Sampit)

Kini ia tak lagi perlu memeras keringat penuh kepayahan seperti dulu, ia ingin menikmati masa tua bersama istri dan melihat anak cucunya hidup bahagia. Tak perlu lagi merasakan susahnya hidup diperantauan. “Semua saya anggap cukup, bahkan bisa dibilang berlebih. Saya percaya rejeki itu sudah diatur Allah, tapi perantaranya kalau boleh saya memastikan ya jembatan ini, Jembatan Kahayan,” katanya memungkasi cerita sambil menyunggingkan senyum.

Jembatan Sungai Kahayan memiliki banyak manfaat bagi warga Kota Palangka Raya dan sekitarnya. Tak hanya menghubungkan Kelurahan Pahandut Seberang dengan pusat Kota Palangka Raya, namun jembatan dengan jenis Pelengkung Baja ini juga menghubungkan Kabupaten Pulang Pisau, Gunung Mas, Barito Selatan, Barito Utara dan sekitarnya.

Bacaan Lainnya

Sebelum ada jembatan kebanggaan warga Kalteng itu, bila ingin ke kawasan DAS Barito harus menempuh perjalanan darat sekitar 16 – 17 jam. Hal ini bisa dimaklumi karena harus turun dulu ke sisi selatan Kalimantan (Kalsel) kemudian naik kembali ke utara.

Baca Juga :  Cara Mudah Bayar BPJS Ketenagakerjaan Melalui Mobile Banking BCA, BNI, dan Mandiri

“Dulu sekitar 16 – 17 jam bila harus ke kawasan Barito. Itu cukup menyulitkan,” ungkap Wijaya, salah satu pengunjung Taman Pasuk Kameloh yang sempat saya bincangi secara singkat.

Hal itu rupanya juga diaminkan Solekan, pengemudi mobil angkutan online ini juga mengatakan bahwa menurut pengalamannya sebagai sopir, menuju kawasan Barito merupakan perjalanan yang cukup melelahkan. Ditambah lagi kondisi jalan yang masih belum baik.

“Sekarang untuk ke Barito Utara, ya ke Muara Teweh bisa sekitar tujuh jam saja. Kalau dulu sakit (susah) pak, karena harus ke Kalsel dulu dan itu bisa lebih dari 12 jam,” katanya.

Sebelum menjadi sopir angkutan online, saat mudanya dulu sempat merasakan betapa beratnya menuju kawasan Barito. “Ke Pulang Pisau sekarang dua jam sudah sampai, saya kalau sedang beroperasi sebagai travel biasa sering mengantar penumpang ke sana,” terangnya.

Kini jembatan yang ada di Jalan Kapten Piere Tendean, Kelurahan Pahandut tak lagi sendiri. Di sekitar jembatan juga telah dibangun ruang terbuka hijau dan dinamai Taman Pasuk Kameloh yang dianggap sebagai pelengkap keberadaan Tugu Sukarno yang melegenda itu.



Pos terkait