Selain di Sampit, SHMG juga membuka cabang di Palangka Raya dan Pangkalan Bun dengan total karyawan sekitar 50 orang. Semua asli putri daerah atau warga sekitar toko. Untuk pelanggannya SHMG tidak hanya berasal dari Kota Sampit namun juga dari beberapa kabupaten tetangga bahkan hingga luar Provinsi Kalteng.
Toko SHMG kerap kali menjadi pilihan lantaran harganya yang merakyat, dari harga Rp 30 ribu kaum hawa sudah bisa mendapatkan beragam aksesoris ataupun kaos yang bisa dipakai untuk sehari-hari.
“Kalau aksesoris kita malahan ada yang harga Rp 5 ribu an. Dan untuk perlengkapan new normal kami kasih harga spesial seperti masker dengan berbagai macam jenis hingga faceshield,” kata Desy.
Harga murah yang ditawarkan Toko SHMG memang disesuaikan dengan target pasarnya untuk kaum milineals dan ibu-ibu muda. Dimana harga barang-barang tidak ada di atas Rp 200 ribu, sehingga pas di kantong.
“Meski murah kita tetap mengutamakan kualitas agar tidak sekali pakai sudah rusak. Barang-barang kita tidak kalah juga dari butik, bahkan tas impor di butik kadang Rp 300 ribu lebih, sedangkan di kita lebih murah dengan kualitas yang sama,” bebernya.
Sementara untuk barang-barang yang di jual, mereka langsung mendatangkan dari luar pulau dan di pilih langsung oleh tim khusus mereka. Sehingga barang-barang yang di sediakan selalu yang terbaru dan mengikuti perkembangan tren yang lagi viral saat ini. Hampir 80 persen produk yang dijual di SHMG adalah produk UMKM asli Indonesia dan fashion, tas, sepatu hingga aksesorisnya.
Untuk pemasaran SHMG Sampit tidak hanya melakukan secara offline tapi juga online menggunakan media sosial instragram, tiktok bahkan youtube dengan tim yang memang ahli di bidang tersebut.
Adapun instagram SHMG bisa dicek di @serbahargamurahsampit untuk di daerah Sampit, @serbahargamurahpalangkaraya untuk di wilayah Palangka Raya dan @serbahargamurahpangkalanbun untuk daerah di Pangkalan Bun.
Moto dari toko SHGM “Ngga Gercep Ngga Dapat…!! Uang bisa dicari tapi barang kami belum tentu datang lagi”. (ton/soc)