Persoalan banjir di perkotaan Sampit juga sering kali dibahas dalam rapat. Namun, ada beberapa titik ruas jalan yang berada di dataran rendah rawan terendam banjir.
“Setelah kami pelajari, sejumlah titik di Jalan HM Arsyad, Anggur II dan III, Suprapto Selatan, Pelita dan sekitarnya itu memang datarannya rendah dan semacam seperti cekungan dilihat dari peta, apalagi ditambah hujan yang terjadi hari ini durasinya cukup lama, sehingga genangan banjir cukup dalam di areal itu. Itu yang saat ini sedang kami kaji, apakah nanti perlu dibuat saluran pembuangan air ke beberapa arah, ada yang ke arah timur menuju Sei Mentaya dan ke arah selatan menuju Sei Mentawa, sehingga air bisa lekas mengalir lancar,” ujarnya.
Lebih lanjut Kaspulzen mengatakan, penanganan saluran drainase difokuskan pada 18 titik lokasi yang kerap tergenang banjir di Kota Sampit diantaranya di Jalan Mangga, Suprapto, Jambu, Pangeran Antasari, DI Panjaitan, Jalan Borneo, Pelit, Manggis, RA Kartini, Kendan Sandan, Semeru, dan sejumlah titik lainnya.
“Luas genangan di perkotaan Sampit mencapai 9,53 Ha dengan ketinggian berkisar 5 -30 cm dengan lamanya genangan 1-4 jam tergantung lamanya curah hujan. Frekuensinya terjadi 3-5 kali dalam setahun terutama saat musim hujan seperti saat ini,” tandasnya.
Sementara itu anggota DPRD Kotim Khozaini menyebutkan, musim hujan sudah tiba. Hasil dari pekerjaan pembenahan dan pengerukan drainase selama ini akan diketahui saat memasuki musim hujan.
”Hasil dari normalisasi drainase dengan alat berat yang digunakan akan diuji coba dengan musim hujan ini. Kalau banjir masih seperti sebelumnya di wilayah yang seharusnya sudah bebas dari genangan air, artinya pengerukan dengan excavator ampibi itu tidak efektif juga,” kata Khozaini.
Dia mengakui persoalan banjir di musim hujan terjadi setiap tahun dan selalu terulang. Perlu terobosan supaya banjir ini tidak terjadi lagi. “Karena capek mengurus rumah yang kebanjiran. Tidak hanya cukup sehari, tetapi bisa sampai seminggu untuk membereskan perabotan yang terendam,” kata dia.