SAMPIT, radarsampit.com – Pemadaman listrik lebih 28 jam yang terjadi di Kota Sampit berdampak terhadap lebih seratus ribu orang. Derita warga kian berlipat ganda ketika krisis energi itu diiringi distribusi air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mentaya Sampit yang juga ikut terhambat.
Listrik mulai padam sekitar pukul 21.25 WIB, Selasa (11/10). Situasi Sampit yang berubah menjadi gelap gulita diperparah dengan buruknya cuaca. Hujan deras disertai angin kencang membuat warga tak berkutik. Sampai berita ini naik cetak tadi malam, pemadaman masih berlangsung.
Sebagian warga yang memiliki uang berlebih, memilih mengungsi ke hotel untuk mendapatkan layanan listrik dan air yang terjamin. Akibatnya, tingkat okupansi hotel melonjak drastis hanya dalam sehari. Bahkan, banyak warga tak kebagian kamar lantaran rata-rata sudah terisi penuh.
”Saya cek semua hotel yang ada, ternyata tidak ada slot yang kosong. Semuanya terisi penuh,” kata Yanto, seorang ajudan pejabat Kotim.
Warga lainnya, Puspita, bersama keluarganya kebingungan mencari penginapan. Pasalnya, rumahnya di daerah Baamang sejak pagi hingga siang tidak ada aliran PDAM serta listrik.
”Sudah rumah tak ada air, listrik mati. Lengkap semuanya. Ditambah lagi anak-anak yang kurang sehat. Saya bingung dengan suami mencari tempat untuk menginap, penuh semua,” ujar Puspita.
Lain halnya dengan Dody. Pegawai di sebuah instansi di Kotim ini memboyong keluarganya pergi ke Palangka Raya ketika mendapat tugas perjalanan dinas luar. Dia menginap di tempat keluarganya.
”Saya bawa istri dan anak-anak ke Palangka Raya, daripada di Sampit tidak jelas kapan hidup listriknya. Apalagi ada informasi sampai tiga hari listrik padam,” ujarnya.
Kurna, warga Baamang, mengkritik PDAM yang tak bisa memberikan pelayanan terbaik ketika listrik padam. Akibatnya, pekerjaan rumahnya menumpuk.
”Sejak pagi hingga malam menungu air PDAM tak jalan sama sekali. Entah kenapa ikut-ikutan dengan listrik, sehingga cucian di rumah menumpuk,” katanya.
Dia tidak menyangka pelayanan PDAM bisa terhambat gara-gara pemadaman listrik PLN. Harusnya PDAM memiliki listrik sendiri ketika pasokan listrik PLN terkendala. ”DPRD Kotim kami harapkan bisa memberikan anggaran untuk PDAM membeli generatornya. Kalau kondisinya begini, kami yang jadi korban,” ujarnya.