Halikinnor mengatakan, beberapa waktu yang lalu dirinya menyambut kedatangan direktur PT Smart Cakrawala Aviation yang akan membuka layanan penerbangan jenis pesawat Cessna Caravan untuk melayani rute Sampit-Pangkalanbun-Palangka Raya dengan kapasitas 12 seat.
”Pesawat Cessna mulai beroperasi dan itu kami harapkan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat. Walaupun hanya melayani rute jalur pendek lintas kabupaten saja, tetapi kami harapkan pesawat Cessna bisa membantu memberikan layanan transportasi udara untuk masyarakat Kotim,” katanya.
Landasan pacu Bandara Haji Asan Sampit memiliki panjang 2.060 meter dengan lebar 30 meter. Rencananya akan diperluas 500 meter lagi dan lebar akan disesuaikan menjadi 45 meter.
Untuk memperluas landasan pacu di Bandara Haji Asan Sampit, Halikinnor mengestimasikan kebutuhan anggaran mencapai Rp50-60 miliar. Perluasan landasan pacu menjadi prioritas yang sangat penting untuk direalisasikan agar pesawat berbadan besar bisa mendarat, sehingga harga tiket bisa terkendali karena adanya persaingan harga dengan kompetitor maskapai lain.
”Bukan saya mengesampingkan infrastruktur lain. Kami lihat mana yang lebih prioritas. Memang kalau berbicara anggaran kurang terus. Kalau kita tidak segera mengambil kebijakan, berisiko terhadap daerah kita dan akan berpotensi memundurkan prestasi,” ujarnya.
Halikinnor menuturkan, Bandara Haji Asan Sampit merupakan pintu masuk pariwisata dan jalur masuknya investasi. Apabila landasan pacu diperpanjang, pesawat seperti Lion Air dengan kursi lebih banyak bisa masuk.
”Dengan kursi yang banyak, tentu cost-nya lebih efisien. Yang ada sekarang, NAM Air kadang bisa cancel. Mau berangkat saja bisa ragu karena bisa saja di-cancel,” katanya.
Halikinnor bertekad Bandara Haji Asan Sampit harus naik kelas dan mampu bersaing dengan kabupaten lainnya. ”Kurang panjangnya landasan pacu merembet ke tarif tiket pesawat yang mahal. Kita tidak ada pilihan, pesawat sedikit, di situ kelemahan kita. Harga tiket mahal pun kadang saya bisa tak dapat karena terlambat dan saya juga sering lewat Palangka Raya karena tidak ada pilihan,” ujarnya.