Beban hidup akibat impitan ekonomi, memang kerap membuat orang mudah kalut hingga gelap mata. Begitu pula dalih KN, seorang ibu asal Dusun Luwung, Desa Sumokembangsri, Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo, yang tega membuang bayinya Rabu (1/09) lalu.
Dalam kesehariannya, hidup KN terbilang kurang beruntung. Suaminya bekerja serabutan di luar kota. Karena itu, terkadang jarang pulang. Biduk rumah tangga KN dengan suaminya telah dikaruniai tiga orang anak. Anak pertama dan keduanya dititipkan di orang tuanya atau sang kakek. Alasannya, karena himpitan ekonomi. Penghasilannya dirasa tak mencukupi.
Nah, anak bungsu atau putri ketiganya itulah yang dibuang di pekarangan kebun bambu, dekat tempat tinggalnya. “Jadi, motifnya sementara ini karena impitan ekonomi. Rumahnya tidak jauh dari tempat ditemukan bayi itu,” kata Kapolresta Sidoarjo Kombespol Kusumo Wahyu Bintoro saat ungkap kasus penemuan bayi tersebut di Mapolresta Sidoarjo, Jumat (3/9).
Sejauh ini, lanjut Kusumo, pihaknya belum sempat menyelidiki pelaku secara mendalam. Sebab, kondisi KN sangat drop. Yang bersangkutan, masih menjalani perawatan di sebuah rumah sakit swasta. Namun, dari hasil penyelidikan sementara, terduga pelaku yang berusia 37 tahun itu tega membuang bayinya karena banyak utang. Sehari-hari, KN bekerja sebagai penjual rujak. “Suaminya juga jarang pulang,” katanya.
Kabarnya, KN dengan suaminya kerap kali cekcok. Hidup mereka kurang harmonis. Karena selama ini jarang pulang, saat pembuangan bayi itupun tanpa sepengetahuan suaminya. Sebab, kebetulan sang suami sedang berada di luar kota. KN melahirkan sang bayi pada Selasa malam (31/9). Proses kelahiran bayi dilakukan sendiri. Tanpa bantuan siapapun.
Entah bisikan apa yang ada dalam benak KN, tiba-tiba ada niat membuang bayi tak berdosa itu. Bisa jadi, karena berfikiran sempit. Yakni, tidak cukup uang untuk merawatnya. Yang pasti, selepas melahirkan, bayi yang masih memerah tersebut lantas dibungkus kain dengan dilapisi kresek. Lalu, KN berjalan di tengah gelap malam. Bayi perempuan itu pun digeletakkan begitu saja di sebuah pekarangan kebun bambu. Kondisinya masih bernafas,